Ada empat sifat utama yang dimiliki Raulullah Muhammad SAW yang oleh penulis mengistilahkan psikologi kenabian, yaitu Fatanah (cerdas). Amanah (terpercaya), Shiddiq (berkata benar), dan Tabligh (menyampaikan). Psikologi kenabian tersebut kemudian diaktualisasikan dalam bentuk perilaku yang sangat mulia.

Masyarakat madani (civil society) adalah sebuah tatanan peradaban yang amat didambakan oleh setiap bangsa. Ia adalah sebuah konsep kemasyarakatan yang sangat ideal untuk menjadi sebuah cita-cita. Di Indonesia tema civil society pernah hangat diperbincangkan terutama di era kepemimpinan BJ Habibie. Namun seiring dengan pergantian roda pemerintahan, perbincangan seputar konsep itu kian meredup. Ataukah mungkin tergantikan oleh isu-isu lain yang menggergoti stabilitas negara dan menyebabkan negara mengalami keterpurukan seperti kemiskinan, bencana alam, kerusuhan sosial, ataupun kesemrautan political will.

Belum lama kita memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW 12 rabiul awal 1429 H. Patut rasanya untuk mengungkapkan kembali konsep masyarakat madani. Sebuah model peradaban yang berhasil dibangun oleh beliau ketika hijrah ke Yastrib dan mengubah namanya menjadi Madinah yang berarti peradaban. Dalam perspektif Islam arti masyarakat madani lebih mengacu kepada penciptaan sebuah peradaban. Kata Madinah sebenarnya berasal dari kata al din artinya agama, berkaitan dengan makna al tamaddun, atau peradaban. Keduanya menyatu ke dalam pengertian al madinah yang berarti kota.

Dalam sejarah kenabian beliau selama kurun waktu 13 tahun membangun masyarakat Madinah terbukti mampu mewujudkan sebuah peradaban dan menjadikan Madinah sebagai baldatun tayyibatun warabbun gafur. Apa yang dicapai oleh beliau bukanlah suatu keajaiban yang datang dari Allah SWT. Tetapi sebenarnya terlahir dari sebuah tekad dan usaha yang sungguh-sungguh selaku pemimpin. Beliau membangun masyarakat madani diawali dari pembangunan karakter (caracter building) berbasis agama. Hal tersebut tampak ketika tiba di Quba tempat yang berjarak kurang lebih 10 km dari Yastrib (Madinah) hal yang pertama dilakukan adalah membangun masjid (masjid Quba) sebagai pusat pembinaan spiritual ummat Islam. Langkah selanjutnya, Nabi Muhammad SAW membangun sebuah peradaban yang menganut asas toleransi dalam perbedaan (khilafiah). Ini tercatat dalam sebuah dokumen penting dalam bentuk perjanjian antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi di Madinah yang dikenal dengan Mitsaq Al-Madinah atau Piagam Madinah yang berisi 50 keputusan bersama, sebagai sebuah dokumen politik pertama dalam sejarah ummat manusia yang meletakkan dasar-dasar pluralisme. Sehingga dalam kiprah kepemimpinannya beliau berhasil menciptakan stabilitas politik, ekonomi, sosial, dan keamanan. Madinah menjadi kota yang aman, tenteram, dan sejahtera.

Karakteristik masyarakat madani tercermin dalam masyarakat yang dibangun Nabi Muhammad SAW adalah demokratisasi dengan mengutamakan asas musyawarah; menghargai pluralitas dengan prinsp-prinsi dasar seperti keadilan, supremasi hukum, egalitarianisasi dan toleransi; transparansi dalam kepemimpinan; dan pemberdayaan masyarakat tanpa membedakan ras maupun warna kulit.

Psikologi Kenabian

Keberhasilan Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat madani pada dasarnya tidak terlepas dari psikologi kenabian yang dimilikinya. Psikologi kenabian adalah karakteristik para nabi dan rasul (Nabi Muhammad SAW) yang tercermin pada pikiran, sikap, dan perilakunya. Sepanjang sejarah kenabian dan kerasulan tercatat bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok nabi dan rasul yang paling sukses dalam mengemban risalah. Beliau berhasil membangun masyarakat madani dalam waktu yang relatif singkat yaitu 23 tahun (periode Makkah dan Madinah). Bahkan ajaran-ajarannya sampai saat ini dan yang akan datang akan tetap menjadi referensi utama setelah Al Quran al-karim di dalam membangun sebuah paradigma peradaban. Orientalis secara jujur mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang paling berpengaruh dari 100 tokoh terkenal di dunia. Keunggulan dan popularitas kepribadian beliau diakui oleh seorang penulis barat bernama Boudly dalam bukunya The Apostle, Life of Muhammad menyebutkan bahwa tidak ada seorang pemimpin dunia yang pernah ada tak selengkap dan tak secemerlang sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW yang dapat ditelusuri sosok kehidupannya mulai dari sejak lahir hingga akhir hayatnya dan tak ada satupun cacat dan kelemahan beliau sehingga diakui betul-betul sebagai manusia pilihan.

Ada empat sifat utama yang dimiliki Raulullah Muhammad SAW yang oleh penulis mengistilahkan psikologi kenabian, yaitu Fatanah (cerdas). Amanah (terpercaya), Shiddiq (berkata benar), dan Tabligh (menyampaikan). Psikologi kenabian tersebut kemudian diaktualisasikan dalam bentuk perilaku yang sangat mulia. Kehalusan budi pekerti beliau sangat diakui oleh kawan maupun lawan, bahkan Allah SWT sendiri mengakui di dalam Al Quran Al Karim S. 68: 4 yang berbunyi wainnaka la'alaa khuluqin 'adzhim. Artinya dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memiliki budi pekerti yang agung.

Oleh karena keagungan dan kemuliaan beliau sehingga ummat Islam selalu memperingati kelahirannya dalam berbagai cara. Ada yang memperingati dengan cara tradisional seperti membaca barzanji-sejarah hidup beliau (life history), ada pula yang memperingati dengan model ceramah, bahkan tidak sedikit kalangan akademisi memperingati kelahiran beliau dengan mengadakan kajian maupun seminar mengenai kepribadian beliau. Sangat diharapkan bahwa memperingati kelahiran beliau tidak sekadar acara ritualistic semata. Tetapi yang paling esensi adalah meneladani kepribadian beliau. Beliau adalah manusia yang sangat sempurna (insan kamil). Dalam Al Qur'an Al-Karim: Allah SWT berfirman dalam yang berbunyi laqad kaana lakum fii rasulillahi uswatun hasanah artinya: sungguh pada diri rasulullah (Muhammad) terdapat suri teladan yang baik.

Melalui momentum Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang baru saja diperingati, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dimana memiliki masyarakat yang multikulturalisme sudah seharusnya kembali meneladani kepemimpinan dan psikologi kenabian Muhammad SAW dalam membangun masyarakat madani. (inuyasha)