Pemilihan pemimpin LK (Lembaga Kemahasiswaan) melalui pemilu raya akan segera digelar di Fakultas Psikologi dalam waktu dekat. Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk demokrasi yang telah menjadi tradisi tahunan dalam pemilihan ketua umum BEM/MAPERWA di Fakultas Psikologi UNM. Dalam pelaksanaannya, pemilu raya di Psikologi tidak jauh berbeda dengan pemilu-pemilu yang biasa diselenggarakan lima tahun sekali di Indonesia. Pemilu raya di Psikologi juga dilaksanakan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang dibentuk oleh Maperwa sebagai pelaksana penuh pesta demokrasi di Fakultas ini.

Menebak Pemimpin LK Tahun Ini
Hampir tidak bisa diprediksi siapa figur yang akan menjadi pemimpin LK di Fakultas Psikologi Baik di BEM, maupun di Maperwa. Namun, apabila kita berpatokan pada kriteria yang ditetapkan KPU tahun kemarin maka sulit mendapatkan calon yang sesuai dengan kriteria tersebut. Apalagi akhir-akhir ini berkembang kabar bahwa intermediet training (LK 2, red) akan dijadikan sebagai salah satu kriteria penjaringan calon.

Ketua Maperwa Suti yang dihubungi via telepon mengiyakan bahwa LK-2 termasuk syarat mutlak calon ketua BEM/Maperwa. “itu benar dan ada dalam hasil lokakarya pengaderan yang kami laksanakan” terangnya. Hal senada juga terlontar dari M Yassir Arafat U selaku Ketua Umum BEM Fak.Psikologi periode 2008/2009 tentang kriteria melulusi LK 2 tersebut. ”Itu bukan rumor, tapi kenyataan karena hal tersebut telah disepakati dalam lokakarya pengaderan di dua periode kepengurusan Maperwa tahun lalu dan sekarang saatnya untuk diterapkan,” Jelasnya via SMS.
Mengenai persiapan angkatan-angkatan dalam menyambut pemilu raya di Psikologi, Muhrajan, Ketua Angkatan 2007 mengatakan tidak ada persiapan khusus dalam menyambut pemilu raya Psikologi tahun ini. ”Kami tidak ada persiapan khusus menyambut pemilu raya. Tapi yang jelas ada beberapa dari kami (angkatan 2007, red) yang akan mencalonkan diri” Jelasnya.
Dinul Afdal, Ketua Angkatan 2006 yang ditemui di ruang perkuliahan juga hampir senada yang dikatakan Muhrajan. ”Kami belum sempat memikirkan itu (pemilu raya, red). Sedangkan Mumpsi saja banyak teman-teman (angkatan 2006, red) yang tidak memperhatikan.” tutur Dinul santai.
Berdasarkan jenjang urutan angkatan di Fak. Psikologi, idealnya tahun ini adalah “jatah” untuk angkatan 2006 menjadi pemimpin LK seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya yang menjadi pimpinan LK adalah dua angkatan terakhir sebelumnya. Sebut saja Irfan B Tangahu (angkatan 2004) yang terpilih pada tahun 2007 dan M. Yassir Arafat. U (angkatan 2005) yang terpilih pada tahun 2008.
Meskipun idealnya demikian, tidak menutup kemungkinan pada pemilu raya tahun ini diluar angkatan 2006 yang akan menjadi orang nomor satu di LK Fakultas Psikologi, yang jelas bagaimana calon tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan oleh KPU sebagai pelaksana Pemilu raya. Apalagi tidak ada aturan yang mengatur tentang hal itu. Jadi sah-sah aja yang sesuai prosedur yang telah disepakati bersama.

Dilema Pemilu Raya
Hasil lokakarya pengaderan dua tahun periode kepengurusan Maperwa lalu. Termaktub didalamnya bahwa setiap pemimpin LK wajib lulus LK-2. Hal ini menjadi dilema tersendiri bagi pelaksanaan pemilu raya tahun ini. Pasalnya boleh dihitung jari mahasiswa psikologi yang telah melulusi LK-2 tersebut. Meskipun demikian berdasarkan pengakuan tiga mahasiswa psikologi yang baru-baru ini mengikuti intermediate training (LK-2) secara umum menjelaskan bahwa keikutsertaan mereka mengikuti LK-2 tersebut bukan untuk mengejar jabatan sebagai ketua BEM atau Maperwa, tapi bagaimana cara menambah wawasan berpikir sebagai mahasiswa.
A. Prihaditya, salah satu mahasiswa psikologi 2007 yang mengikuti intermediate training (LK-2) menambahkan. “Saya ikut LK-2 bukan untuk menjadi ketua BEM atau Maperwa. Apalagi tahun ini saya mau istrahat dulu dalam berorganisasi,” jelasnya.
Melihat realitas yang ada, kemungkinan pelaksanaan pemilu raya tahun ini akan mengalami kekosongan pendaftar sebagai peserta pemilu raya dengan pertimbangan sejumlah kriteria yang sulit dipenuhi oleh calon kandidat. Salah satu mahasiswa psikologi angkatan 2006 yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa dilema pemilu raya yang terjadi saat ini hanya bisa teratasi dengan jalan PK (peninjauan kembali). “Jalan satu-satunya adalah hasil keputusan lokakarya pengaderan di psikologi harus di PK, melihat realitas yang ada.” ungkapnya. (aR/Nn)