Jum’at (13/10) lalu, BEM Fakultas Psikologi UNM menyelenggarakan MABIM 2011 (Masa Bimbingan-Red). Berbeda dengan MABIM tahun sebelumnya, pengaderan yang mengusung tema “Being Human” ini menimbulkan banyak isu-isu miring. Sejumlah mahasiswa fakultas psikologi bertanya-tanya mengenai muatan materi MABIM 2011 yang dianggap sangat bernuansa skolastik.

“Melihat materi-materi yang diberikan dalam MABIM 2011 ini sebagian besar lebih condong ke arah kemampuan akademis, saya tidak yakin adik-adik mahasiswa baru ini akan mendapat bekal yang cukup jika duduk dilembaga-lembaga kemahasiswaan nantinya” ujar Aulia Afriany, Mahasiswa Fakultas Psikologi UNM Angkatan 2010.

Demikian pula dituturkan salah satu anggota MAPERWA Fakultas psikologi UNM, Kartika Cahyaningrum “sebenarnya sih materi MABIM 2011 itu belum cukup memadai buat jadi bekal adik-adik masuk ke lembaga kemahasiswaan nantinya.

Padahal kita dulu saja (angkatan 2010-Red) yang dapat materi MABIM Full kelembagaan masih merasa kurang. Maka dari itu ada LDKM yang buat ngelengkapin bekal adik-adik untuk masuk lembaga nantinya. Sebenarnya kalau untuk cari bekal masuk di lembaga, bukan hanya di dapat dari pengaderan, banyak bertanya sama kakak-kakak pun bisa jadi ilmu sangat bermanfaat”. Terangnya saat di temui di sela-sela kesibukannya sebagai salah satu mentor MABIM 2011.

Namun, panitia-panitia MABIM 2011 optimis dengan tema yang mereka usung. “ MABIM 2011 seperti sebuah awal baru, bahwa setiap insan di lembaga tidak hanya cakap di bidang itu saja, namun juga berhasil dibidang akademis” tutur Koordinator Starring MABIM 2011, Khari Susanto.

Perubahan materi MABIM tahun ini memang sesuai dengan konsep keseluruhan perubahan haluan pengaderan Fakultas psikologi UNM. Konsep pengaderan tahun ini di harapkan dapat menciptakan kader-kader yang unggul di bidang kelembagaan, akademis, serta menjadi seorang mahasiswa yang peka dengan keadaan sekitarnya. “Harapan kami untuk angkatan 2011, nantinya dapat menggunakan basic psikologinya dalam memberikan usulan gerakan di forum yang yang lebih besar. Karena itulah yang bisa membedakan gerakan advokasi milik mahasiswa dengan gerakan advokasi front-front lain diluar mahasiswa”, ujar Ketua BEM Fakultas Psikologi, Muhammad Rhesa. (Yn)