Buku Orange merupakan
salah satu sarana bagi mahasiwa baru (Maba) Fakultas Psikologi UNM (F.Psi) dalam
bersosialisasi dalam lingkup kampus psikologi. Buku orange yang tiap tahunnya
menjadi tradisi dalam Fakultas Psikologi diamanahkan ke Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) selaku penanggung
jawab. Buku Orange yang dulunya dibagikan secara free oleh BEM F.Psi, kini mengalami perubahan dengan memberikan
tanggungjawab kepada Maba untuk mencetak masing-masing buku orange yang telah
diberikan dalam bentuk file.
Dwi Gustinda selaku
Maba F.Psi 2014 menuturkan tidak mengalami kesulitan dalam mencetak buku orang.
“Kalau untuk saya tidak terlalu susahji
dan bermanfaat karena bisa kenalan dan tahu cara memulai obrolan dengan kakak,”
tuturnya. Senada dengan Dwi, Muhammad Dadang Masbakar yang juga maba angkatan
2014 mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mencetak buku orange yang
diberikan BEM namun menurut Dadang baiknya BEM membagikan buku orange seperti
tahun-tahun sebelumnya. “Kalau saya lebih baik seperti tahun lalu dibagikan
saja, karena ada sebagian teman yang sudah kenalan dan terisi buku orangenya,
namun salah print buku orange dia harus ulangi lagi print,” tuturnya. Sejalan
dengan ulasan Dadang, Maba angkatan 2014 berinisial A mengaku mengalami
kesulitan dalam mencetak buku orange dikarenakan dirinya tidak memiliki print
dan tidak mengetahui cara mencetak dalam bentuk buku. Selain itu A menuturkan mendapat
kesulitan dikarenakan mengalami kesalahan dalam mencetak buku orange sehingga
dirinya diminta untuk mencetak ulang.
Fitrah Ramadhan Umar
selaku Penanggung jawab sementara (PJS) Presiden Mahasiswa BEM menuturkan
mengenai Mahasiswa baru diminta untuk mencetak masing-masing buku orangenya
merupakan inisiatif dari pengurus BEM sendiri. Fitrah menambahkan tindakan ini sama
sekali tidak memberatkan Maba karena hal ini dilakukan untuk menghemat dana
sehingga pengeluaran tidak terlalu banyak serta untuk kepentingan Maba itu
sendiri. “Menurutku’ tidak
memberatkan ji karena untuk
kepentingannya ji juga mereka, lagian
itu juga membantu agar mereka saling bekerja sama dan membantu bersosialisasi
dengan senior,” tutur Fitrah yang juga menjabat sebagai staf Kementerian Pengembangan
Potensi (Kemenpensi) BEM.
Rahmadani selaku Komisi
I Maperwa memiliki dua pandangan terkait dengan buku orange. Rahmadani
menjelaskan dari sisi negatif hal ini menyusahkan Maba dengan alasan sebagian
Maba tidak mengetahui cara mencetak sehingga Maba diminta cetak ulang jika
tidak sesuai, sedangkan dari sisi positifnya agar mengirit dana serta
memudahkan untuk mencetak ulang sewaktu-waktu buku orangenya rusak. “Agar lebih
ngirit dan bagusnya dapat ditandai karena ada stempel sah BEM di buku orangenya
selain itu supaya mandiriki juga itu
Maba,” ujar Rahmadani. (NIT/PH)
Social Link