Jum’at (09/01). Fakultas Psikologi UNM kedatangan tamu istimewa dari Amerika Serikat. Adalah Hilman Wirawan, salah satu alumni Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (F. Psi. UNM) yang sedang menikmati libur musim dingin di Indonesia tepatnya di kota kelahirannya, Makassar. Kedatangannya di kampus adalah untuk berbagi inspirasi bagi mahasiswa Psikologi yang juga bercita-cita melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Hilman adalah penerima beasiswa AMINEF-Fulbright Master’s Degree Program di tahun 2014. Tentu menjadi tantangan besar untuk bisa lolos mendapatkan beasiswa yang terkenal sulit itu. Mahasiswa S2 Departemen Industrial and Organisational Psychology ini membagi cerita jatuh-bangunnya hingga sampai ke luar negeri. Mulai dari impiannya ke luar negeri berawal ketika masih memakai jas almamater orange hingga usaha demi usaha mengikuti beberapa ujian beasiswa menjadi perbincangan hangat siang itu di gedung BM 101 Fakultas Psikologi tersebut.
Kelas inspirasi dihadiri oleh Moh. Ahkam selaku PD III (tengah)
Antusias peserta kelas inspirasi tidak kalah hebohnya dengan cerita Hilman meraih cita-citanya. Salah satu peserta bertanya mengenai keadaan Hilman setelah menerima beasiswa Fulbright tersebut. “Bagaimana perasaan kakak setelah mendapatkan beasiswa tersebut dan apakah kakak pernah mengalami titik nol dan bagaimana cara kakak mengatasi hal tersebut” tutur mahasiswa yang disapa Niar ini. “Awalnya, saya senang. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena harus menghadapi beban yang berat lagi ke depannya. Apalagi harus terpisah dengan keluarga. Mengenai titik nol, saya juga sudah mengalaminya. Waktu itu salah satu tugas saya mendapat nilai yang anjlok. Walaupun saya sudah berusaha mengerjakannya dengan baik. Namun, itu karena belum terbiasa saja dengan sistem pendidikan di sana. Tugas berikutnya akhirnya saya mendapat nilai yang lebih baik.” ujar Hilman membagi kisahnya.
Tantangan demi tantangan tidak habis dihadapi mahasiswa Montclair State University, New Jersey, Amerika Serikat ini. Di sana ia harus beradaptasi dengan orang-orang barat dan gaya hidup di sana. “Saat di sana, dua hal yang saya tekankan yaitu bertahan hidup dan makan.” canda Hilman di sela ceritanya. Ia juga menambahkan, awalnya ia tidak dianggap di sana, hingga tanpa putus asa akhirnya Hilman berhasil membuat teman-temannya mau mengenal dan menerima dirinya sebagai mahasiswa asing dan bagian dari mereka. “Hidupmu terlalu berharga untuk melakukan hal yang sudah pasti bisa kau lakukan.” ujar Hilman menginspirasi. (AFM)

*Reporter dalam berita ini merupakan peserta Diklat Jurnalistik VII  yang  saat ini menjalani proses magang di LPM Psikogenesis.