Sumber gambar: http://pengajian-ldii.net/2013/04/page/2/ (ist) |
Ketua Umum Forum Studi Islam (FSI), Sri Rahman mengungkapkan bahwa isu yang santer terdengar itu telah menjadi momok yang mengganggu ketenangan umat Islam. Pasalnya, satu pengeras suara yang menghadap ke luar telah dipindahkan ke dalam musholla sehingga jangkauan suara adzan menjadi lebih teredam dan ditakutkan akan membuat kaum muslim tak mendengar seruan shalat. “Ini sudah ada satu speaker yang dipindahkan ke dalam, takutnya kalau semuanya kan seruan shalat bisa tidak didengar,” ungkapnya.
Ketua Program Studi Psikologi, Kurniati Zainuddin menanggapi hal tersebut mengatakan bukan suara adzan yang menggangu, namun kegiatan khutbah yang dilakukan setelah sholat yang membuat kegiatan pembelajaran menjadi terganggu. Bisingnya suara dari wireless yang memantul di setiap ruangan, membuat sebagian mahasiswa dan dosen merasa terganggu. “Sebenarnya bukan suara adzannya yang salah, tapi kegiatan khotbah yang dilakukan menggangu proses belajar,” tuturnya.
Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I), Asniar Khumas turut angkat bicara. Menurutnya, mereka dapat melakukan khotbah dengan memerhatikan kondisi ruangan, sehingga mahasiswa yang belajar tidak terganggu. Khotbah dengan menggunakan wereless ini merupakan bukti kurangnya kesadaran dari para pengkhotbah yang tidak melihat kondisi disekelilingnya. “Tidak ada yang salah dengan suara adzan, yang membuat ini menjadi pembicaraan saat rapat karena kegiatan khotbah itu pakai pengeras suara, jadi di luar ruangan suara bising mengganggu perhatian mahasiswa,” ungkapnya. (PH/AL)
Social Link