Setelah hampir dua tahun diberlakukannya sistem Keluarga Mahasiswa (Kema) dalam konstitusi kelembagaan Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (FPsi UNM),  masyarakat FPsi UNM belum juga memahami arti Kema secara menyeluruh.

Menginisisasi kondisi tersebut, Kementrian Sosial dan Politik (Kemensospol) BEM Kema FPsi UNM menyelenggarakan Kajian Rutin Mahasiswa (Karma) dengan mengusung tema "Menakar Keluarga Mahasiswa" yang dibawakan oleh Ketua Maperwa, Presiden Mahasiswa BEM FPsi UNM, dan masing-masing ketua BKM FPsi UNM, (07/04).

Keluarga Mahasiswa yang seyogyanya dimiliki oleh seluruh civitas akademik FPsi UNM tetapi pada kenyataannya hanya dimiliki oleh Kelembagaan FPsi UNM.
Herman Malik, selaku Ketua BKM Psysport mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan oknum-oknum yang menjalankan Kema masih cenderung mementingkan dirinya sendiri. "Diluar LK merasa terabaikan, kader-kader makin merosot sedangkan di Kema masih mementingkan diri sendiri hingga kualitas dan kuantitas menurun," ungkapnya.

Lain Herman, lain pula An Nafri selaku perwakilan dari BKM Marabunta. Nafri berpendapat bahwa konsep Kema yang sebenarnya disalah-artikan karena kurangnya sosialisasi. "Kema memang keluarga mahasiswa tapi tidak sebenar-benarnya keluarga. Konsep Kema harus disosialisasikan dengan baik karena sulit disatukan organisasi dan keluarga," ujar mahasiswa angkatan 2013 itu. (AF)

Sumber foto: Dokumentasi LPM Psikogenesis

Posting Komentar