Kartu kontrol buku Kema mahasiswa baru FPsi UNM angkatan 2016
Sumber: Dok. pribadi mahasiswa angkatan 2016


Psikogenesis, Rabu (02/11)- Baru dua bulan buku Kema dipegang oleh mahasiswa baru (maba). Jika dulu kampus diramaikan dengan aktivitas sosialisasi maba dengan kakak angkatannya guna mengisi buku Kema, sekarang ini sudah jarang ditemukan.  Semangat maba yang menurun, tidak lagi tertarik bersosialisasi, ditengarai menjadi alasan.

Fadel Muhammad selaku Kepala Suku Angkatan 2016 membenarkan bahwa buku Kema tak lagi berfungsi secara optimal sebagaimana mestinya dengan alasan semangat dari teman-teman seangkatannya yang menurun. "Tidak mengertika jalan pikirannya teman ku, malas ki memang cari tanda tangan, kupu-kupu ki teman ku," ungkap mahasiswa yang akrab disapa Fadel.

Mirna Sulfitri, salah satu mahasiswi angkatan 2016 ini menuturkan bahwa penyebab kurangnya semangat untuk bersosialisasi melalui buku Kema, tidak hanya didasarkan pada faktor ketidakmauan namun juga akibat padatnya jadwal kegiatan yang dirasakan oleh maba. "Bukan hanya disebabkan faktor enggan dan tidak mau, banyaknya kegiatan setiap hari seperti pendampingan dan persiapan menjelang ramah tamah membuat mahasiswa baru sulit membagi waktu, "ungkap mahasiswi asal Barru tersebut.

Menanggapi hal itu, Laela Sabrianti selaku Menteri Pendidikan dan Pelatihan (Mendiklat) meyakinkan bahwa penggunaan buku Kema masih efektif karena evaluasi tetap berjalan. Adapun penyebab rasa malas tersebut tidak lain karena perlakuan yang diberikan saat bersosialisasi cukup menurunkan semangat maba. "Malasnya adek-adek dalam mencari tanda tangan disebabkan oleh kakaknya yang ketika dimintai tanda tangan terlalu banyak permintaan," jelasnya.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam mengatasi penurunan semangat yang dialami maba, Kemendiklat mencoba memberikan kiat-kiat dan sharing terkait pengalaman yang dialami saat menjadi maba di Psikologi. Lebih lanjut, keengganan maba bersosialisasi akan dijadikan bahan evaluasi oleh Kemendiklat. (IM)

Posting Komentar