Sumber: google.com


Skip Challenge atau pass out challenge belakangan telah menjadi viral di kalangan generasi muda di Indonesia. Tantangan yang saat ini telah menjadi trend kekinian rupanya telah dilakukan oleh banyak remaja utamanya mereka yang masih mencicipi bangku sekolah. Namun, sesuai dengan namanya, permainan ini mampu memberhentikan "aktivitas tubuh" bagi mereka yang melakukannya dan fatalnya dapat berujung pada kematian. Berikut sejumlah fakta dibalik mencuatnya tantangan yang juga disebut choking game ini:

Pertama, Skip Challenge sudah menjadi tren di Inggris sejak tahun 2005. Harian The Independent menyatakan bahwa fenomena Choking Game ini telah muncul sejak 2005 silam di Inggris dan menghilang setelah menimbulkan sejumlah kematian. Perihal kronologi kematian yang terjadi karena mereka yang terlibat dalam tantangan ini harus menekan dadanya sekeras-kerasnya selama beberapa saat. Akibatnya kebutuhan oksigen ke otak berkurang dan mereka akan pingsan, bahkan bisa berujung pada maut. Salah seorang korban yang telah meninggal pada 1 Juni 2016 lalu akibat permainan tersebut adalah Karnel Haughton yang berasal dari Birmingham. Keluarganya mengklaim bahwa Karnel meninggal akibat sesak napas dan mereka meyakini bahwa tantangan yang sedang viral tersebutlah yang menjadi dalang utama dari kematian anak mereka.

Kedua, menjadi viral karena bantuan internet. Emma Citron, seorang psikolog asal Inggris menyatakan bahwa Choking Game ini disebarkan oleh internet dan hal tersebut nyatanya merupakan salah satu tindak melegalkan tindakan-tindakan yang berbahaya dan tidak sehat.

Ketiga, tantangan ini juga dilakukan oleh remaja yang tergolong cerdas. Lembaga amal di Amerika Serikat menyatakan bahwa tantangan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak hingga usia remaja (9-16 tahun) yang pada umumnya berprestasi dan cerdas. Mereka menafsirkan ada sekitar 250-1000 anak yang meninggal di Amerika Serikat akibat memainkan tantangan tersebut.

Keempat, tantangan ini dilakukan atas dasar unjuk keberanian. Menurut Citron, remaja mengganggap Skip Challenge ini sebagai ajang menunjukkan keberanian mereka. “Mereka memandang ini sebagai dare game. Saya tidak berpikir bahwa mereka akan merasa itu merugikan diri sendiri. Mereka hanya tidak cukup dewasa untuk menyadari betapa sangat berbahaya permainan itu,” tutup psikolog itu.



Sumber: http://m.antaranews.com/berita/617277/apa-itu-skip-challenge. Diakses pada tanggal 17 Maret 2017. 

Posting Komentar