Fatoni Luchatoni, Staf Pengajar FIK UNM/Mahasiswa Program Doktor (S3) Awardee Beasiswa Unggulan Kemendikbud. (Foto ; Dokemntasi Pribadi)
Waktu terus berputar mengiringi rotasi sang surya, menyinari alam semesta, tak terkecuali bumi tempat kita berpijak serta tempat menjalani seluruh rangkaian kegiatan kehidupan yang bersifat duniawi maupun ukhrowi. Senja akhir ramadan segera menghampiri kita semua. Umat muslim akan segera ditinggalkan bulan yang penuh barokah dan bulan penuh pengampunan serta segera disambut hari kemenangan, rasa sedih dan bahagia membaur menjadi satu. Perasaan sedih muncul karena sebentar lagi kekasih kita (Ramadan) akan meninggalkan kita semua, selain itu hari kemenangan akan menyambut kita dan semoga kita kembali fitrah (suci) setelah sebulan lamanya kita menjalankan ibadah puasa ramadan yang tentu diiringi ibadah lainnya.

Semoga ketekunan dalam ibadah akan terpatri dalam jiwa kita sehingga kita menjadi pribadi yang beruntung karena selalu ada progresifitas dalam hidup ke arah lebih positif. Hari Raya Idul Fitri 1438 H sebentar lagi menghampiri kita semua, rutinitas atau budaya bangsa ini adalah merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga tercinta. Hal ini menjadikan seseorang yang menuntut ilmu (study) ataupun bekerja untuk melakukan perjalanan ke kampung halaman yang sering kita kenal dengan istilah mudik.  Mudik adalah perjalanan yang membahagiakan karena perantau akan segera bertemu dengan kehangatan dan suasana keluarga yang sangat mereka dambakan yang sempat terpendam beberapa waktu  demi sebuah cita-cita atas dasar menuntut ilmu ataupun bekerja di perantauan.

Kehangatan keluarga sudah  nampak jelas di pelupuk mata, menginginkan segera sampai rumah dan segera memeluk erat orang tua. Disisi lain harapan sederhana orang tua adalah segera bertemu buah hatinya dan memeluk erat sebagai tumpahan kerinduan yang selama ini mereka pendam. Jika merenungkan peribahasa kasih ibu sepanjang masa dan kasih anak sepanjang galah adalah benar adanya. Tak pelak kasih sayang orang tua yang begitu dalam seharusnya menjadikan kita lebih termotivasi untuk berprestasi yang dapat menjadikan orang tua bangga, bukan menjadikan orang tua malu dan menderita atas tindakan kita sebagai anak. Kelak orang tua akan bercerita dengan bangga bahwa anaknya kini telah  tumbuh dewasa dan sedang dalam proses mewujudkan impiannya.

 Sahabat muda, ingatlah selalu bahwa kesuksesanmu  bukan sekedar tentang kerja kerasmu namun, lebih dari itu adalah bentuk kasih sayang Allah SWT pada hambanya atas kerja kerasmu serta doa yang dipanjatkan ibu dan ayahmu di setiap penghujung malam tanpa engkau ketahui. Setelah orangtua berikan semua kepadamu, masih pantaskah kita mengabaikan bahkan lalai terhadap kepercayaan yang mereka berikan? Pertanyaan ini tak perlu kita jawab, namun perlu direnungkan setiap pribadi masing-masing sebagai bentuk introspeksi diri.

Pesan buat sahabat-sahabat muda jadilah kebanggaan keluargamu, sukseslah dengan cinta dan citamu, rangkailah dengan kebaikan akhlak dan budimu serta pupuk erat imanmu untuk sukses fidunya wal akhirah.

Posting Komentar