Pamflet yang dibuat oleh Maba 2017 FPsi UNM sebagai bentuk ketidaksetujuannya terhadap penggunaan jas almamater bagi Maba FPsi UNM.
Sumber: Dok. Maba 2017 FPsi UNM

Psikogenesis, Jumat (03/11)-Masyarakat Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) digegerkan dengan adanya pamflet berbentuk infografis dengan logo UNM serta tulisan “Jas Almamater Overdosis Pemakaianmu" pada Rabu (29/10) lalu. 

Dinilai tidak sepakat dengan aturan pemakaian jas almamater, salah satu mahasiswa baru (maba) memilih untuk membuat pamflet tersebut. Pada pamflet dijelaskan kapan seharusnya jas almamater digunakan kemudian ditutup dengan tulisan “PSIKOLOGI 17 TETAP JAYA DALAM TANTANGAN”.

Salah satu maba FPsi UNM yang berinisial HN mengungkapkan bahwa sempat setuju dengan kebijakan pemakaian  jas almamater, namun sejauh ini ada oknum tertentu yang hanya menjadikannya alat untuk mencari-cari kesalahan maba saja. 

“Waktu itu temanku dipanggil sama kakak-kakaknya dipermasalahkan celananya botol lah, tapi temanku ini mengangkat celana dan menunjukkan tidak botol dan tidak terbukti dan dicari lagi kesaahannya kak,” ungkapnya.

Sejak saat itu, HN mulai menilai bahwa aturan tersebut tidak sesuai dengan penerapannya. Beberapa teman-teman HN juga mulai tidak percaya dengan aturan penggunaan jas almamater. “Awalnnya dia (baca: maba) ikuti aturan tapi semenjak itu (baca: mencari-cari kesalahan) aih bukan mi aturan yang baik ini karena sudah disalahgunakan penerapannya,” tuturnya. 

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa pada saat penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) yang diwakili oleh dua rekannya, tidak dijelaskan lebih jauh tentang kondisi yang akan dihadapi oleh maba. “Surat tersebut tidak tepat karena diberikan ketika kami belum memahami kondisi lingkungan saat itu kak,” jelasnya. 

Ia menjelaskan bahwa kurangnya informasi mengenai esensi jas almamater serta dinilai tidak sesuai ekspektasi penerapan jas almamater menjadi kendala bagi maba. “Ke sini-ke sini mereka (baca: maba 2017) mulai sadar bahwa cuaca di sini tidak mendukung pakai jas alamamater serta beberapa oknum melakukan sesuatu hal, ” terangnya.

Muh. Wija Hadi Perdana selaku Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) FPsi UNM menyayangkan bentuk protes Maba 2017 yang beredar di media sosial sejak Rabu (29/10). Menurutnya, pengurus BEM telah memberikan ruang untuk menyampaikan hal-hal yang perlu ditinjau, namun tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. 

“Kami kawan-kawan dari BEM khususnya Kemendiklat (baca: Kementerian Pendidikan dan Pelatihan) sudah membuat pertemuan maupun dibuatkan grup, ketika ada hal-hal yang dirasa keberatan. Namun orang-orang yang membuat pamflet ini pun kupikir tidak pernah hadir,” ungkap mahasiswa yang akrab disapa Wija tersebut. 

HN menyayangkan wadah diskusi yang diberikan pengurus BEM seakan membatasi ruang bicara, karena maba diberikan perlakuan yang tidak pada kondisi saling memahami satu sama lain. “Kalau pengumpulan toh kak, kentara sekali ki kekakuannya, kek bukan kek saudara kak," pungkasnya. (BM) 

Posting Komentar