Tidak ada hal selain kegembiraan bagi Keila Pena-Hernandez saat dia pertama kali melangkah ke halaman Universitas Missouri. Sekolah baru. Kota Baru. Sebuah fase baru dalam hidupnya. "Sama seperti wow, wow, wow! Saya hanya senang karena saya berada di lingkungan baru," katanya.

Pada minggu ketiga, kebaruan lingkungan barunya telah memudar. Kemudian, mahasiswa doktor informatika berusia 27 tahun dari Puerto Riko mendapati dirinya terbaring di tempat tidurnya setelah kelas-kelas lampu dimatikan dan menatap ke luar jendela ke langit. Yang bisa dipikirkannya hanyalah wajah teman dan keluarga.

"Saya mulai merasa rindu rumah," kenangnya. "Ini bagus, tapi ini tidak betah di rumah. Gymnya mengagumkan, tapi saya tidak mengenal orang di sini.

Narasi tentang Keila Pena-Hernandes di atas, adalah penggalan dari reportase CNN berjudul Homesickness isn’t really about ‘home’  yang ditulis oleh Derick Ho untuk kolom kesehatan di tahun 2010. Apa yang dialami oleh Keila adalah hal lumrah, dan mungkin pernah menyerang hampir semua orang ketika meninggalkan lingkungan lama. Ada banyak panggilan untuk menyebut gejala ini, mulai dari istilah populer seperti rindu, atau jika ingin lebih akademis silahkan menyebutnya homesickness.

Dalam pembahasan yang lebih ilmiah, kata rindu sendiri jarang digunakan. Pasalnya tidak ada definisi klinis tentang kerinduan, American Academy of Pediatrics hanya menjelaskannya sebagai kondisi yang sebelumnya dikenal dengan baik. Josh Klapow, seorang psikolog klinis sekaligus profesor dari University of Alabama di Birmingham memberi penjelasan dalam sebuah laporan berjudul How to Deal with Homesickness Freshman Year yang ditulis oleh Lola Kolade di kolom High School situs hercampus.com.

Klapow menjelaskan bahwa kerinduan dalam bentuk paling dasarnya adalah pikiran dan perasaan tentang rumah. Kerinduan juga bukanlah hal baru seperti disebut Derrick Ho dalam reportase tentang Pena-Hernandes. Derrick menulis bagaimana kerinduan turut disebut dalam kitab Keluaran Perjanjian Lama dan Keluaran "Odyssey" milik Homer serta terjadi pada siapapun yang jauh dari rumah - para atlet, aktor, bahkan "Twilight" Robert Pattinson dilaporkan mengatakan kepada sebuah majalah di Inggris bahwa dia sangat merindukan rumah dan merasa tidak nyaman karenanya.

Klapow dalam laporan yang ditulis oleh Lola Kolade merinci soal bagaimana kerinduan dalam bentuknya paling parah, dapat mewujudkan dirinya sebagai pikiran obsesif tentang rumah, menangis pada apa yang tampak secara acak dan ketidakmampuan untuk melakukan apapun. Klapow juga dikutip oleh Derick Ho dalam reportase tentang Pena-Hernandes. "Anda tidak benar-benar kehilangan rumah anda, anda kehilangan apa yang normal, apa yang rutin, rasa ruang sosial yang lebih besar, karena itu adalah hal-hal yang membantu kita bertahan," kata Klapow.

Derrick Ho juga mewawancarai Chris Thurber yang bersama Edward Walton beberapa kali menerbitkan jurnal di American Academy of Pediatrics. Menurut Thurber, usia memainkan perbedaan penting dalam mengatasi kerinduan di rumah. Saat berumur 8 tahun, individu umumnya tidak memiliki banyak pemikiran operasional formal atau pemikiran hipotetis, kata Thurber, sehingga pergi jauh sebulan bisa terasa seperti selamanya. Tapi saat berusia 18 tahun segalanya akan menjadi semakin mudah. "Anda akan membuat perbandingan di kepala Anda: Itu berarti jika saya mencuci pakaian seminggu sekali saya melakukannya empat kali. Perubahan itu dan seiring konsep waktu orang menjadi lebih canggih, begitu pula kualitas penanganannya," kata Thurber.

Pada akhirnya, bagamainapun menyiksanya kerinduan pada rumah. Semua itu tidak akan berlansung selamanya. Sehingga menjadi penting untuk tetap melanjutkan hidup sembari tetap menjalin hubungan tapi tidak selalu terhubung seperti penjelasan Klapow dalam laporan Lola Kolade. Rindu memang tidak membunuh sih, tapi lumayan mengganggu. Sehingga pada akhirnya yang bisa kita lakukan hanya membiasakan diri. Toh, yang terjadi sebenarnya bukan kamu tidak bisa melupakan rumah melainkan hanya belum terbiasa jauh dari rumah. Hal tersebut kedengarannya receh, tapi penting untuk diingat oleh mereka yang terpapar homesick.

*Psikologika, Majalah Edisi XVII, Januari 2018

Posting Komentar