Muhammad Ridho, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indenesia FBS UNM angkatan 2015

Kita hidup di zaman di mana segala sesuatunya dituntut serba cepat. Hal ini membuat banyak hal (seakan-akan) baru yang kita temui setiap harinya. Tantangan besar di zaman yang begitu cepat melahirkan sesuatu yang baru adalah; kita cepat merasa bosan dan muncul keinginan menggebu untuk mendapatkan yang lebih baru lagi, lebih baru lagi, dan lagi.

Provokasi bernada “jangan cepat merasa puas dengan yang sudah kamu punya”, “biar kelihatan lebih keren harus pake yang paling baru,” sepertinya sudah tertanam jauh di alam bawah sadar kita semua. Kita gampang bosan dengan pakaian, gadget, kendaraan, rumah, pekerjaan, kegiatan, teman, bahkan pasangan yang sudah kita punya.

Kita terus berusaha mati-matian untuk mendapatkan sesuatu yang paling baru, karena ingin dianggap keren, ingin diakui, dan terpenjara konsep “orang sukses harus memiliki yang paling baru”. Kemudian membenci diri sendiri kalau tidak memiliki atau mengalami hal-hal baru. Melalui frasa “baru” dan melalui iklan, kita dibentuk menjadi cepat merasa jenuh dengan keadaan, bosan dengan yang sudah kita punya.

Dalam dunia bisnis, sebagian besar menjadikan hal ini sebagai senjata agar bisnisnya berjalan. Jadi, kita diserang dari segala arah, di berbagai kesempatan, termasuk melalui iklan, dengan tujuan menanamkan pesan ke dalam kepala kita: yang kamu punya sudah kuno, keadaanmu membosankan. Kita jadi lapar akan segala yang baru, karena di dalam diri kita, ada rasa selalu kurang. Kita diberi jarak yang sangat jauh dari rasa cukup. Seringkali kita ditipu oleh pikiran kita sendiri bahwa yang baru selalu lebih menyenangkan.

Dengan kata lain, kita beranggapan bahwa memiliki barang-barang baru dan mendapatkan pengalaman baru, akan membuat rasa bosan di dalam diri hilang. Ini sama saja dengan, atap yang bocor di dalam rumah, tapi yang kita benahi adalah pagar di luar rumah. Masalahnya ada di dalam, yang kita obati di luar.

Begitu nihilnya kita sebagai manusia, bahkan untuk merasa bahagia kita sangat bergantung dengan entitas yang ada diluar tubuh kita.

“Apa yang pernah ada akan ada lagi dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi, tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” Pengkhotbah 1:9

Posting Komentar