Pengalaman para Sales Promosi menghadapi Predator Seksual 

Amel adalah perempuan asal Malang yang baru menetap di Makassar selama enam bulan. Tim kami menemuinya secara tidak sengaja dalam sebuah kegiatan, waktu itu Amel masuk dalam tempat kegiatan dan menawarkan barang dagangan. Amel sendiri bekerja sebagai sales promosi sebuah merek rokok. Wawancara dengan Amel  juga baru berhasil dilakukan setelah kesepakatan yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Meski tidak disengaja, perburuan tim reporter untuk informan perempuan yang bekerja sebagai sales promosi sebenarnya telah dilakukan beberapa bulan belakangan. Sebelum Amel, tim kami berkesempatan mewawancarai seorang sales promosi perempuan yang bekerja untuk sebuah merek tisu. Pemilihan informan perempuan yang berprofesi sebagai sales promosi tentu bukan tanpa alasan. Sejumlah data mengenai tingginya angka pelecehan terhadap perempuan, bukan perkara yang bercanda.

Data Komnas Perempuan di tahun 2017, menjelaskan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan paling banyak terjadi di ranah komunitas. Angkanya mencapai 3.092 kasus (22%), dimana jenis kekerasan seksual menempati peringkat pertama sebanyak 2.290 kasus (74%). Dan diantara lebih dari 2000 kasus tersebut, ada 44 kasus yang terjadi di tempat kerja. Jumlah ini terbilang sedikit, mengingat statistik angkatan kerja perempuan menurut BPS di tahun 2016 angkanya mencapai 45,5 juta jiwa. Sementara Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sulsel melaporkan jika sepanjang tahun 2017, jumlah laporan soal kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masuk telah mencapai 62 kasus, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 52 kasus.

Tentu saja angka 44 kasus dalam laporan Komnas, adalah keganjilan di antara angka 45,5 juta pekerja perempuan. Terutama untuk negara yang baru mengenal hak perempuan, puluhan tahun setelah perjuangan hak perempuan diperkenalkan. Hal tersebut mendorong kami untuk menyelami bagian yang tak tersentuh oleh laporan negara. Sales promosi kemudian dianggap sebagai pilihan tepat untuk mewakili upaya tersebut, mengingat profesi ini tidak memiliki batas interaksi gender, frekuensi interaksinya dengan konsumen dari segala jenis umur, dan mayoritas pelanggannya ada laki-laki. Atau singkatnya, profesi ini paling rawan mengalami pelecehan. Simak misalnya pengakuan Amel, sales promosi yang kami ulas di bagian awal laporan.

“Kalau pelecehan sendiri sih sering yah, soalnya kita kan perempuan, kita jual penampilan  juga kan, otomatis pastinya sering disenggol-senggol, dekidip-kedipin, dipegang-pegang sampai ditawarin ‘gitulah’. Yang paling parah pernah dipegang bagian tertentu, gitulah pokoknya.” 

Meskipun merasa terganggu, bagi Amel itu semua sudah menjadi resiko pekerjaannya, “mau nggak mau juga kita harus tergantung kita sih jalaninnya gimana dan kita nolaknya juga gimana. Kalaupun, kita ngak pintar nanganinnya dia semakin menjadi-jadi, tapi kalau kita pintar gimana nolak biar dia nggak tersinggung kali ya.”

Apa yang dialami oleh Amel hanyalah satu contoh kecil. Bentuk pelecehan yang dialami oleh sales promosi bisa terjadi dimana saja. Dengan varian pelaku yang sangat beragam, mulai dari rekan kerja, atasan, pelanggan, sampai pengemudi ojek daring tidak dikenal. Febi, adalah informan lain kami yang mengaku bahwa dirinya pernah merasa dilecehkan dalam perjalanan pulang dari tempat kerja, oleh salah satu pengemudi ojek daring. 

“Waktu itu mau balik dari kantor, terus naik ojek (menyebut nama perusahaan), ojeknya itu gimana yah ada juga sih sebenarnya kalau dia ngomong ke saya, tangannya itu kayak nyentuh nyentuh paha gituh. Jadi, aneh ini orang kenapa coba kakinya juga kayak kebelakang-kebelakang.” 

Diperlakukan demikian, perempuan yang berusia 19 tahun dan baru bekerja sebagai sales promosi tisu selama dua bulan ini tentu saja merasa tidak terima. Menurutnya hal semacam itu harus dibasmi, karena perempuan mesti dilindungi. Sementara Amel, informan yang kami ulas sebelum Febi menganggap jika orang-orang berhenti meremehkan dan berusaha memahami risiko pekerjaannya sudah merupakan bentuk penghargaan bagi dirinya. (BM)

Penulis : Bambang Pratama

*Tabloid Edisi XVIII, Februari 2018

Posting Komentar