Akhmad Saputra Syarif
Sumber: Dok. Laman Ig Akhmad Saputra Syarif

Terlarut dalam kesenangan yang sama menyambut pemilihan umum Presiden Keluarga Mahasiswa (Kema) adalah barang harus bagi siapapun yang pernah menjadi fungsionaris. Ini menjadi penting dikarenakan Kema bukan lah hasil rintisan satu atau dua periode kepengurusan, namun adalah tugas berjalan yang diamanahkan bagi siapapun yang merasa pantas dan teraminkan oleh masyarakat psikologi.

Menyoal persoalan karakteristik ideal presiden BEM adalah harusnya bukan lagi hal yang sulit. Sudah sedekade lebih rumah mahasiswa tersebut dipimpin oleh orang yang berbeda-beda. Membuka hasil Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) tiap kepengurusan dapat menjadi pilihan yang menarik. Kita kemudian dapat mengonsepsi dari LPJ tersebut tipe pemimpin bagaimana yang tepat dalam memimpin Kema.

Pada titik tolak lainnya, saya meyakini bahwa mendidik diri bukan hanya dengan memperadakan bacaan yang semestinya, namun juga menjadi lingkungan yang baik agar terciptanya lingkungan yang mendidik. Dalam dunia kampus, hal tersebut bisa tercipta jikalau saja memenuhi beberapa unsur yang penting. Salah satunya adalah keberadaan demisioner yang menyokong keterlibatan dan keaktifan lembaga. Beberapa cara dapat disodorkan, salah satu diantaranya adalah memberi nasehat.

Catatan berikut menjadi sehimpun nasehat untuk barang siapapun yang merasa perlu untuk dinasehati. Meski pribadi penulis pun jauh dari kata sempurna namun saling menasehati dan dinasehati bukankah merupakan perintah agama dalam payung persaudaraan.

Antipati Dikala Tak Terpilih
Kekecewaan bukanlah hal yang dapat dihindari. Namun menyikapi kekecewaan secara dewasa adalah hal yang harusnya terpahamkan sejak dini.

Pemilihan Presiden Mahasiswa di Fakultas Psikologi UNM memiliki kecendrungan untuk menyisihkan dua petarung. Yang lebih dilematis lagi dikarenakan massa pemilih pun barang pasti akan terbagi dua. Gelombang dukungan pun tak main-main. Untuk menunjukkan empati, ada yang membuat karikatur, poster, video sampai spanduk sekalipun. Riuh pesta demokrasi ini dinikmati bersama.

Namun, semua akan berujung akhir. Tahta pimpinan mahasiswa pun akan terlamatkan pada yang pantas. Pada titik ini, empati kadang kala berbuah berlebihan. Para pendukung mengikuti keputusan kandidatnya yang tak terpilih. Menjadi bagian atau malah menjadi oposisi.

Tak ada yang salah menjadi oposisi. Ini menjadi positif ketika menjadi counter argumen untuk setiap keputusan yang diambil oleh ketua BEM berikutnya. Mubes akan menjadi sangat ramai.

Namun, yang disesalkan adalah ketika memilih untuk antipati. Jikalau saja empati didefinisikan sebagai perasaan mendalam yang diikuti dengan perilaku (Hodges dan Mayers dalam the Encyclopedia of Social Psychology) maka definisi antipati adalah keterbalikannya.

Tidak mau tahu atau tidak peduli adalah bentuk dari antipati. Keterlibatan perilaku ini bukan hanya akan menjadi duri dalam lembaga namun juga dalam persaudaraan. Posisi struktural haruslah di nomor dua kan, visi lembaga harusnya menjadi pengutamaan. Sehingga mengambil bagian dalam percaturan lembaga adalah hal yang tak harusnya lagi dipertanyakan.

Riuh Politik
Kampus adalah miniatur sebuah negara dimana semua orang bekerja untuk kemaslahatan bersama. Ketika Visi lembaga telah ditelan bulat, tak peduli siapapun yang bekerja di depan atau di belakang layar, semua sudah seharusnya berjalan sesuai ritme yang sama. Namun, sering kali niat diuji dengan berbagai persoalan salah satu di antaranya adalah “gagah-gagahan angkatan”.

Pemilihan umum Presma menjadi nyaring di telinga jika menyangkut solidaritas angkatan. Tidak ada yang salah karena sudah semestinya kita memilih orang yang dirasa dekat secara emosional dan akal. Namun meletakkan anggapan bahwa tujuan akhir adalah terpilihnya wakil dan pembuktian militansi angkatan menjadi hal yang tak dapat diterima. Sudah seharusnya terpikirkan bahwa harkat dan derajat mahasiswa psikologi UNM berada dalam payung lembaga kemahasiswaan dan badan eksekutif menjadi bagian pentingnya. Memilih pemimpin badan ini dengan iming-iming harumnya nama salah satu angkatan adalah hal yang tak selaras.
Keberlanjutan dukungan adalah perwujudan yang harusnya dilakukan bagi siapapun yang wakil angkatannya terpilih. Menyokongnya dalam pemilihan lalu meninggalkannya dikala aksi adalah bentuk dari “kemunafikan”.

Psikologi UNM adalah Pusat Wacana
Sudah menjadi impian turun-temurun bahwa Fakultas Psikologi sudah seharusnya
mengambil bagian besar dalam roda aksi mahasiswa Universitas Negeri Makassar. Namun, sering kali niat tersebut terpental mengingat jumlah mahasiswa psikologi yang selalu memiliki proporsi terkecil. Jika berada dalam forum UNM, posisi kita sering kali berada di pinggir karena memberikan ruang fakultas lain untuk menempati posisi yang banyak dengan basis massa yang besar pula. Namun, angin berhembus berbalik arah, kuantitas yang sedikit, tak menjadi pertanda nyali dan taringnya juga kecil.

Jikalau saja kita tak dapat menjadi pusat massa maka kita dapat menjadi pusat wacana. Dimana ide cemerlang yang progresif dan kreatif adalah bermuasal dari Fakultas Psikologi. Bak jamur di musim penghujan, begitulah banyaknya diskusi yang tercipta dan membahana dari berbagai koridor di Fakultas Psikologi.

Mudabbir, Laode Irfan, kanda Muhammad Rheza dan Presma lainnya menjadi sosok yang lahir dari kegaduhan diskusi di Fakultas Psikologi. Mereka pun menjadi sosok yang dinanti dalam setiap forum tingkat Universitas. Yang kata dan nada teriakannya tak kalahnya dengan segerombolan massa karena menggunakan hasil kajian dan dialog yang matang dari asal fakultasnya.

Sehingga roh lembaga Fakultas Psikologi adalah kajian dan diskusi yang harusnya dijaga secara massive. Semua ini dapat berjalan berkesinambungan jika sensitivitas mahasiswa Psikologi dijaga dengan baik. Pengaderan yang menajamkan nalar, update informasi yang terus-menerus, dukungan penuh pada BKM, dan memfasilitasi komunitas adalah menjadi tugas yang harusnya tak saja diberatkan pada presma saja, namun kewajiban untuk semua yang menjadi bagian dalam keluarga ini. Keluarga Mahasiswa Fakultas Psikologi UNM.

Akhmad Saputra Syarif
Mendiklat BEM Kema FPsi UNM Periode 2013-2014

Posting Komentar