Ilustrasi Hujan
Sumber: news.okezone.com


Hujan begitu setia belakangan ini terus menemani bumi yang kian waktu kian kerontang dibalas oleh manusia-manusia yang telah lupa cara berterima kasih, menghargai, menjaga dan menyayangi.
Tak kulihat kepenatan pada diri hujan, tak pernah pula kulihat ia jenuh.

Pagi, siang, malam menjadi begitu dingin dan kelabu.
Fajar tak sempat kusambut, apalagi senja yang kian terselubung.

Begitupun angin.

Saban waktu berlari sangat kencang menerbangkan apapun yang dihadapinya, 

menebarkan dingin yang kian menusuk.
Mendung pun tak jauh berbeda.
Begitu luas menyamarkan sinar-sinar mata yang kemarin kulihat berbinar.
Mereka sangat kompak.

Adapula kanak-kanak yang saban hujan turun, saban pula riang tawanya, gembira hatinya.
Tetiba saja begitu rajin menolong ibu membeli beberapa bungkus indomie di warung sebelah jalan.
Padahal inginnya memeluk hujan, mematung di bawah pancuran air rumah sebelah.
Tanpa sandal, sesekali mengintip selokan, entah mencari apa.

Adapula orang-orang dewasa yang kian hari kian rajin mengoceh kepada hujan, angin dan mendung.
Baju-baju pestanya tak kunjung kering padahal ingin segera dipakai, dipamer kepada kawan-kawannya di hotel bintang lima.
Atau sesekali bajunya basah dan ia dipeluk dingin di depan ruko-ruko pinggir jalan raya tanpa pohon.

Dan ada aku.
Yang dengan senang hati menatap hujan, awan, mendung, kanak-kanak yang tertawa membiarkan hujan menyiramnya, dan orang-orang dewasa yang rupanya tak pernah lelah berkeluh-kesah.

Inilah pestaku.
Pesta kala hujan bulan Januari.
Semoga kita berbahagia.

*Ditulis oleh LFRB

Posting Komentar