Pemberian sertifikat oleh Amal selaku pihak sponsor 
dalam kegiatan Presidential Debate Reaction yang dilaksanakan 
oleh SPSC di Hotel La'riz lt.8, Sabtu (19/01). 
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis


Psikogenesis, Minggu (20/10)-Kegiatan Presidential Debat Reaction oleh Social Psychology Study Club (SPSC) dalam membahas pasca debat I calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) melalui perspektif psikologi dan hukum telah digelar di Hotel Lariz lantai 8, Sabtu (19/10).

Muhammad Rhesa selaku Pakar Psikologi Politik sekaligus narasumber dalam kegiatan ini mengungkapkan bahwa debat pertama capres dan cawapres tidak memperlihatkan apa yang menjadi daya tarik secara personal oleh kedua pasangan calon (paslon). Kedua paslon lebih menonjolkan upaya untuk menjatuhkan. "Maka dari itu justru tidak kelihatan apa yang menjadi daya tarik secara personal oleh masing-masing paslon," ungkapnya.

Dosen Psikologi Sosial ini juga menuturkan bahwa serangan yang dilakukan oleh kedua paslon bukan hanya untuk menjatuhkan lawannya tetapi juga untuk memperkuat emosional para pendukungnya. “Bukan hanya bersifat serangan kepada pihak lawan tetapi diwaktu bersamaan adalah cara untuk mensolidkan emosional para pendukung," tuturnya.

Lebih lanjut, dosen yang akrab disapa Echa ini mengatakan bahwa ia belum mendapatkan hal yang krusial dari debat yang dilakukan Kamis (17/01) kemarin. Hal ini sangat disayangkan karena menurutnya atensi yang paling kuat terdapat di debat pertama dan hal yang akan paling diingat oleh masyarakat berada di debat terakhir. “Atensi ada di debat pertama dan memori publik berada di debat terakhir," ujarnya. (CK)

Posting Komentar