Ilustrasi ibu menggendong anak
Sumber: Pinterest.com

Kebahagiaan seorang ibu adalah melihat anak-anaknya berkumpul seperti saat kecil mereka.
Anak-anaknya yang bermain bersama, tertawa di pangkuan ayahnya, menangis karena takut satu dua hal, lemah saat sakit, berlarian bersama mainan yang menjadi dunianya dan diam saat ada orang baru.
Seorang ibu rindu masa dimana dia hanya bersama putra putrinya dan suaminya di bawah atap menonton lawakan dan terbahak-bahak bersama.
Dia merindukan itu semua saat anak-anaknya sudah jauh darinya.
Dia memang terlihat tegar melepas anaknya dengan senyum bangga ke Sekolah. Tapi saat semua anaknya pergi dia akan merasa sepi.
Saat anak-anaknya duduk di sekolah dasar, dan semuanya pergi ke sekolah, dia menguatkan dirinya dengan menggumamkan kalimat "hanya setengah hari, biar kugunakan beres beres rumah dan masak, malam akan jadi dingin yang menyenangkan," gumaman yang hanya Tuhan yang dengar.
Saat anak-anaknya SMP dan SMA, kata yang diucapkan masih sama. Hanya saat satu dua anaknya pulang malam karena kegiatan di sekolah dia menambahkan kalimat "tak apa, minggu mereka libur, ke rumah Tuhan bersama, lalu sisa Ahad itu akan menyenangkan dengan kebersamaan kembali."
 Dia selalu berusaha menguatkan dirinya dengan kata - kata sederhana yang membangun mimpi. Hanya untuk satu kata "kelengkapan".
Kelengkapan itu seperti ini.
Seorang ibu saat melahirkan seorang bayi dia memberikan sepotong hatinya juga untuk anaknya.
Cinta, kasih, bahagia, sedih, semua rasanya terbawah ke dalam buah hatinya satu dengan yang dia rasa. Itulah kenapa perasaan ibu sangat kuat untuk anaknya.
Dan tanpa sang anak sadar atau mungkin sang anak sadar (namun membiarkan), saat dia menjauh dari ibunya, perasaan kekhawatiran akan lebih mendominasi hari sang ibu, takut selalu menghantuinya.
Fikirannya hanya berputar pada sepotong hatinya yang jauh,
"Sudahkah dia makan?"
"Nyenyakkah tidurnya"
"Adakah yang membahagiakan untuknya hari ini?"
"Adakah air mata yang menetes darinya hari ini, semoga tidak Tuhan".
Bahkan terkadang sang ibu saat kekhawatirannya memuncak, saat fikirannya dipenuhi kenegatifan.
Doa.
Doa akan mengalun lembut, mengarah pada sang empunya kehidupan hanya untuk sang anak.
Semakin jauh sepotong hatinya semakin sering dia tersiksa dengan kekhawatirannya semakin banyak pula dia berdoa dengan tangis.

Ini salah, bagaimana bisa seorang anak membuat ibunya berdoa hanya karena kekhawatiran yang memulai.
Tidak.
Sepotong hati itu harusnya membuat sang empunya hati berdoa dengan syukur terlebih dahulu.
Sang empunya hati, sang induk kelahiran itu, harus bahagia. Baik dalam hari harinya, diamnya, doanya terlebih lagi tidurnya.

*Angela Sanita Garsan
Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNM

Posting Komentar