Seminar dengan tema "Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar" Oleh Indun Lestari Setyono selaku Psikolog, Pakar Kesulitan dan Hambatan Belajar Anak-Anak yang diselenggarakan oleh APSI bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Bosowa di Aula Aksa Mahmud Gedung 2 lt. 9, Universitas Bosowa, Sabtu (02/03)
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Sabtu (02/03)-Seminar dengan tema "Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar" yang dibawakan oleh Indun Lestari Setyono selaku Psikolog sekaligus Pakar Kesulitan dan Hambatan Belajar Anak-anak diselenggarakan oleh Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI) Wilayah Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Bosowa di Aula Aksa Mahmud Gedung 2 Lt. 9, Universitas Bosowa, Sabtu (02/03) 

Harlina Hamid selaku Ketua APSI Wilayah Sulawesi Selatan mengungkapkan bahwa tema yang mengangkat kesiapan anak ini didasari oleh polemik dan kebingungan orang tua dan sekolah dalam hal kesiapan anak masuk sekolah dasar yang tidak hanya melihat standar umur dan kemampuan baca tulis dan menghitung (calistung) anak, tetapi turut mempertimbangkan indikator-indikator kesiapan belajar anak bersekolah di Sekolah Dasar (SD) yang belum dipahami oleh masyarakat banyak. "Nah, makanya kami berinisiatif dari APSI untuk membuka wawasan memberi pemahaman kepada masyarakat tentang apa itu school readiness, kesiapan masuk sekolah, seperti apa indikator-indikatornya," ungkapnya.

Senada dengan hal tersebut, Indun selaku pemateri menjelaskan bahwa kesiapan sekolah ini penting untuk diperbincangkan karena apabila anak tidak siap, maka anak tersebut tidak dapat mengikuti pelajaran di SD. "Karena saya pernah dapat anak SMA (baca: Sekolah Menengah Atas) yang seharusnya dia belum siap belajar, bisa masuk SMA tapi itu karena naik kelas aja, jadi materi pelajaran dia tidak kuasai," jelasnya.

Indun menerangkan bahwa kendala dalam kesiapan belajar anak memasuki SD berawal dari gerakan. Apabila anak memiliki gerakan yang buruk dan tidak dapat fokus, maka anak akan sulit mengikuti materi pelajaran karena anak tidak dapat menerima dan tidak mengerti apa yang anak terima, sehingga gerakan memengaruhi fokus anak dalam belajar. "Karena ada teorinya, teorinya menyatakan bahwa gerakan merupakan modal awal untuk dia bisa belajar," terangnya.

Lebih jauh, ia menuturkan bahwa aspek-aspek yang harus dimatangkan oleh orang tua sebelum anak memasuki SD, yaitu kemampuan pemahaman, persepsi auditif, visual, kemampuan anak tahan duduk lama dan mampu mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. "Nah itu semua harus, itu akan dikatakan siap," tuturnya.

Dalam hal ini, Indun menghimbau agar orang tua tidak terus menerus membantu anak, melainkan memberi kesempatan kepada anak untuk belajar melakukan sendiri dan bereksplorasi. "Dia harus mengeksplorasi sendiri. Jadi  mengeksplorasi itu kan berarti diajar menelusuri semua persoalan yang dia hadapi," ujarnya. (SI)

Posting Komentar