Kursi yang berasal dari ecobrick.
Sumber: zerowaste.id

Psikogenesis, Jumat (30/08)-Dialog Semesta (Dista) dengan tema Operasi Plastik (Oplas) yang digelar oleh Biro Kegiatan Mahasiswa (BKM) Mahasiswa Pemerhati Bumi Nusantara (Marabunta) yang berlangsung di Taman Bushcraft Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) menghadirkan Ainun Qalbi Muthmainnah dari komunitas Zero Waste Makassar.

Dalam dialog tersebut, Ainun mengenalkan bahwa salah satu solusi untuk mengurangi plastik adalah dengan membuat ecobrick atau bata yang terbuat dari botol berisi sampah plastik. 

Ainun menjelaskan bahwa ecobrick terdiri dari dua kata, yaitu eco yang berasal dari kata ecology dan brick yang berarti bata. "Jadi itu bata ramah lingkungan yang mana terbuat dari bahan yang susah terurai dari tanah atau susah hilang dari apa yang kita lihat," jelasnya.

Ainun menambahkan, ketika membuat sebuah ecobrick, akan cukup banyak sampah plastik yang bisa dipadatkan dalam satu botol. Apabila 1 ecobrick jadi dengan menggunakan botol 600 ml, maka individu dapat memenjarakan atau mengurangi 200 gram plastik ke dalam botol atau sekitar dua kantong plastik. "Jadi lumayan banyak," ujarnya. 

Lebih jauh, Ainun mengaku bahwa walau masih terhitung baru di kalangan pegiat lingkungan di Makassar, ecobrick sendiri sudah diwadahi dalam komunitas ecobrick Makassar.

Ainun juga menuturkan bahwa proses pembuatan ecobrick cukup mudah dilakukan, yakni dengan memadatkan sampah plastik ke dalam botol. Hasil dari ecobrick ini juga dapat dibuatkan menjadi benda-benda menarik. "Plastiknya dimasukkan dalam botol terus di padatkan. Ini bisa dibuat kursi atau meja," tuturnya.

Melalui website gobrick.com, ecobrick yang telah dibuat dapat ditimbang dan divalidasi. "Buat akun dan daftar terus setelah kita timbang dan tervalidasi dan akan diberi nomor seri yang bertujuan untuk memudahkan menemukan pemiliknya," tandasnya. (UJ)

Posting Komentar