Seminar Montessori For Preschool oleh Kurniati Zainuddin selaku Akademisi dan Praktisi Metode Montessori pada Anak yang diselenggarakan oleh Pusat Layanan Psikologi (PLP) FPsi UNM Divisi Klinik Tumbuh Kembang Anak dan Remaja di Aula MTM FPsi UNM, Sabtu (26/10).
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Sabtu (26/10)-Pusat Layanan Psikologi (PLP) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) Divisi Klinik Tumbuh Kembang Anak dan Remaja menyelenggarakan Seminar Montessori for Preschool dengan menghadirkan narasumber Kurniati Zainuddin selaku Akademisi dan Praktisi Metode Montessori pada Anak di Aula Muh. Thayyeb Manrihu (MTM) FPsi UNM, Sabtu (26/10).

Metode yang menggunakan nama penemunya tersebut, yaitu Maria Montessori, merupakan metode yang melihat masa peka anak dan memberikan stimulus yang tepat pada masa peka tersebut.

Kurniati Zainuddin mengungkapkan bahwa metode Montessori ini menggunakan sistem follow the child dimana bukan guru yang menentukan kurikulum, melainkan anak memilih hal yang ingin dipelajarinya. Hal tersebut karena Montessori percaya bahwa setiap anak itu terlahir dengan inner teacher, dalam artian setiap anak sudah memiliki bakat atau keinginan dalam diri. “Nah, guru harusnya bukan mengajar, membentuk anak-anak tetapi mengikuti anak-anak, ini anak-anak kira-kira bakatnya apa ya, sehingga anak mendapatkan apa yang dia sukai, kalau dia mengerjakan itu menjadi sesuatu yang produktif dan bermanfaat,” ungkapnya.

Dosen yang akrab disapa Kurni ini menjelaskan bahwa hal yang ingin ditekankan dalam metode Montessori ini yaitu karakter anak, seperti menghargai apa yang ia miliki, menghargai areanya dan tidak mengganggu orang lain. “Awalnya dia dikasih tahu, mainan ini bisa dikasih begini, tetapi ketika anak-anak tidak melakukan itu tetapi dengan caranya sendiri, selama itu tidak merusak dan tidak membahayakan dirinya, follow the child,” jelasnya.

Kurni melanjutkan bahwa metode Montessori ini dulu pernah tenggelam dengan metode-metode lainnya dan saat ini muncul kembali karena ternyata banyak orang berhasil yang merupakan hasil didikan metode Montessori. “Misalnya penemu Google, penemu Amazon. Mereka mengakui bahwa mereka hari ini bisa sekreatif itu, bisa menemukan banyak hal karena waktu Preschool-nya dia dididik dengan metode Montessori,” ujarnya.

Lebih jauh, Kurni mengaku bahwa ia melihat apa yang dikatakan Montessori di masa lalu terjadi di masa sekarang, banyak anak yang dijejali dengan hal yang tidak semua anak bisa menerima, sehingga menyebabkan anak yang mampu menerima menjadi berhasil, sementara anak yang tidak mampu menerima menjadi gagal. Padahal sepatutnya anak tidak mengalami kegagalan karena setiap anak memiliki potensi dalam dirinya. “Jadi saya berharap semakin banyak yang memahami bahwa anak-anak itu, semua anak bintang, semua anak itu punya bakat, sehingga kita tinggal memfasilitasi,” tutupnya. (SI)

Posting Komentar