Pemilihan Umum Kema FPsi UNM, Kamis (12/12)
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Jumat (13/12)- Pemilihan Umum (Pemilu) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang berlangsung di Taman Sulapa Appa FPsi UNM, Kamis (12/12) hanya berhasil menjaring 595 pemilih dari 1327 jumlah pemilih secara keseluruhan. Jumlah tersebut bahkan tidak sampai 50% dari jumlah Pemilih dalam Pemilu Kema FPsi UNM. Persentase pemilih yang menggunakan hak suaranya hanya 44,8%.  

Berdasarkan perhitungan suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) FPsi UNM, 595 suara tersebut terdiri atas 19 suara berasal dari mahasiswa FPsi UNM kampus V Parepare dan 579 suara bersumber dari mahasiswa FPsi UNM Kampus Makassar. Sedangkan jumlah suara yang tidak sah berjumlah 31 suara. Terdapat 2 suara yang tidak sah dari mahasiswa kampus V Parepare dan sisanya berjumlah 28 suara dari kampus Gunung Sari.

Berikut rincian jumlah mahasiswa yang menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu Kema FPsi UNM sebagai berikut, angkatan 2019 sebanyak 255 suara, angkatan 2018 sebanyak 38 suara, angkatan 2017 sebanyak 160 suara, angkatan 2016 sebanyak 41 suara, angkatan 2015 sebanyak 51 suara, angkatan 2014 sebanyak 19 suara, angkatan 2013 sebanyak 2 suara, mahasiswa Parepare yang memilih di Kampus Gunung Sari sebanyak 2 pemilih.

Menanggapi jumlah mahasiswa yang menggunakan hak pilihnya tersebut, Muhammad Wahyu Setiawan sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kema FPsi UNM menjelaskan bahwa kebanyakan yang memilih berasal dari angkatan 2017 dan 2019. Menurutnya mahasiswa angkatan 2019 bisa saja menggunakan hak suaranya hanya untuk sekedar ikut-ikutan, “Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga yang memilih dengan keinginan untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi Kema,” ungkapnya.

Sedangkan untuk angkatan 2017, menurut Wahyu sudah sewajarnya mereka untuk menjadi pemilih mayoritas, “Mengingat bahwa kedua kandidat presiden berasal dari angkatan 2017,” jelas Wahyu.

Wahyu juga menyoroti mahasiswa angkatan 2018 yang hanya menyumbangkan 38 suara dalam pemilu tahun ini. Wahyu sangat menyayangkan bahwa jumlah peserta pemilu untuk angkatan 2018 tidak sampai setengah dari jumlah angkatan mereka. “Tadi sangat mengecewakan karena hanya sebagian kecil dari mereka yang ikut memilih. Dari keterangan teman-teman KPU yang angkatan 2018 katanya teman-temannya beberapa sudah pulang kampung dan pergi berlibur,” jelasnya.

Menurut Wahyu, ada tiga alasan mengapa peserta pemilu tahun ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tiga alasan tersebut adalah terkait persiapan KPU yang tidak cukup matang karena waktu yang diberikan sangat singkat dan hal tersebut menghilangkan beberapa esensi dari beberapa agenda. Kedua, para calon presiden (capres) berasal dari angkatan yang sama, “hal ini menurut saya cukup berpengaruh dalam dinamika kampanye yang sangat jelas berbeda jika yang bertarung itu berasal dari angkatan yang berbeda,” jelasnya.

Ketiga, perubahan waktu pemilu. “Pemilu sebelum-sebelumnya itu dilaksanakan sekitar bulan 4-5, sekarang itu di bulan 12 yang notabene berada di minggu akhir perkuliahan,” tutup Wahyu. (AK)

Posting Komentar