Ilustrasi Aplikasi Zoom Cloud Meeting
Sumber: google.com
Psikogenesis, Kamis (23/04)-Penerapan kebijakan Work From Home (WFH) dan Study From Home (SFH) membuat aplikasi video conference menjadi pilihan untuk tetap beraktifitas. Salah satu aplikasi yang banyak digemari adalah Zoom Cloud Meeting. Sayangnya, akhir-akhir ini banyak keluhan yang bermunculan tentang aplikasi tersebut. 

Dilansir dari Kompas.com, Zoom dilaporkan tidak melakukan enkripsi untuk panggilan video, sehingga komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan Zoom dapat diintip oleh peretas. 

Tidak adanya jaminan keamanan bagi pengguna Zoom ditanggapi dengan serius oleh berbagai pihak, bahkan telah dilarang penggunaanya di beberapa negara. Dilansir dari Tempo.co, pihak Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia (RI) sendiri telah menerbitkan surat edaran pada Kamis (23/04) terkait larangan penggunaan Zoom bagi pegawai Kemenhan. 

Ketidakamanan Zoom untuk digunakan sebagai video conference juga ramai dibicarakan di media sosial. 

Aldila Giswarani, salah satu mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) menceritakan tentang pengalaman ganjil yang ia dapatkan saat menggunakan aplikasi Zoom. Pada Senin (20/04) lalu, Aldila tengah mengikuti proses belajar mengajar dengan aplikasi Zoom. Namun, konsentrasi mahasiswa di kelas tersebut teralihkan pada kehadiran akun yang tidak jelas pemiliknya. Melihat ada yang aneh, ketua kelas yang harus merekap absen mahasiswa pun berinisiatif untuk mengirimkan pesan kepada akun tersebut yang kemudian dibalas dengan kalimat, "hi saya peretas dari Hongkong," dalam bahasa mandarin. 

"Trus tambah heboh ki lagi gara-gara foto profilnya seram sekali. Awalnya itu gambar nisan di kuburan terus ada hantu depannya baru na ganti lagi itu jadi yang gambar boneka," jelasnya. 

Sayangnya ketegangan tersebut tidak mendapat perhatian khusus dari dosen yang mengajar di kelas tersebut. Pesan yang disampaikan oleh ketua kelas terkait adanya penyusup pun juga tak digubris. Dosen tersebut hanya fokus menjelaskan materi hingga akhir kelas. 

"Tapi di akhir perkuliahan toh ditanya ulang ji lagi bilang ada penyusup tadi dan tidak aman mi Zoom segala macam, tapi dosenku bilang ndada mi via lain, itu ji yang bagus. Nanti dibicarakan lagi kalo memang ada," ujar Aldila. 

Semenjak kejadian tersebut Aldila mengaku takut menggunakan aplikasi Zoom. Ia pun berharap agar perkuliahan daring bisa dijalankan dengan menggunakan aplikasi yang lebih aman dan mudah diakses oleh mahasiswa maupun dosen. 

"Semoga lebih bisa menggunakan media lain yang lebih aman dan mudah diakses baik mahasiswa maupun dosen supaya perkuliahan juga nda tersendat gara-gara keterbatasan satu media saja," harapnya. (ZN)

Posting Komentar