Ilustasi bersyukur
Sumber: google.com
Manusia tentu tidak lepas dari masalah. Masalah yang datang dari mana saja kadang kala membuat seseorang mengeluh bahkan menyerah. Mengeluhkan tugas yang banyak, pekerjaan kantor yang menumpuk, pengeluaran yang semakin banyak, atau bahkan tentang perasaan yang tak juga berbalas. 

Tapi ketika kamu mengeluh, pernahkah kamu melihat sisi lain dari masalahmu? Pernahkah kamu mencoba membuka mata lebih lebar tentang segala hal yang diberikan Tuhan kepadamu? Sederhananya, dibalik sederet masalah yang kamu hadapi, sudahkah kamu bersyukur terhadap apa yang kamu miliki? 

Menurut Emon (Haryanto dan Kertamuda, 2016), konsep syukur atau gratitude berasal dari kata gratia yang berarti menyukai atau kata gratus yang berarti menyenangkan. Sementara itu, Park, Peterson, dan Seligman dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa bersyukur merupakan keadaan yang terjadi kala individu sadar dan berterima kasih terhadap segala hal baik yang terjadi. Kemudian, menurut McCullough dalam buku berjudul “The Power of Gratitude” karya Cahyono, konsep syukur merupakan sikap moral yang berada dalam kategori sama dengan simpati, empati, rasa bersalah, maupun rasa malu. Bila simpati dan empati muncul sebagai bentuk respon terhadap musibah yang menimpa orang lain, maka rasa syukur muncul ketika seseorang memperoleh kebaikan. 

Bila melihat definisi di atas, tentu kita paham bahwa bersyukur berkaitan dengan rasa terima kasih atas kebaikan yang diperoleh. Menurut Emmons dan Crumpler dalam jurnal yang yang ditulis Prabowo berjudul “Gratitude dan Psychological Wellbeing Pada Remaja” pada tahun 2017 lalu, bersyukur memiliki kedudukan utama dalam berbagai pandangan filosofis dan religius. Dalam berbagai agama, konsep syukur ini dianggap sebagai hal yang penting untuk dilakukan. Berbagai penelitian pun telah membuktikan betapa bersyukur memiliki pengaruh positif terhadap individu. Kneezel dan Emmons (Prabowo, 2017) mengemukakan bahwa bersyukur dapat meningkatkan personal wellbeing, sehingga memenuhi kebutuhan psikologis dasar seseorang. Kemudian, menurut Emmons dan McCullough (Prabowo, 2017), bersyukur akan membuat seseorang lebih bijaksana dalam bersikap. Hasil penelitian yang tak jauh beda juga ditemukan oleh Froh, Kashdan, Ozimkowski, dan Miller (Prabowo, 2017). Mereka menyatakan bahwa bersyukur memiliki hubungan positif dengan subjective wellbeing, dukungan sosial, dan perilaku sosial pada remaja.

Meski bersyukur memiliki berbagai efek positif, terkadang seseorang masih sulit untuk mewujudkan rasa syukur. Individu terkadang hanya fokus pada masalah yang diberikan dan melupakan kebaikan yang diperoleh. Jadi bagaimana cara kita melatih rasa syukur? Emmons (Cahyono, 2019) membagikan beberapa tips untuk melatih rasa syukur, yaitu:

1. Keep a gratitude journal
Membuat jurnal rasa syukur merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melatih rasa syukur. Jurnal rasa syukur ini berisi tulisan yang membuatmu merasa lebih bersyukur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Emmons, jurnal rasa syukur ini dapat berpengaruh terhadap kebagiaan seseorang.

2. Write a gratitude letter
Tips lain untuk melatih rasa syukur adalah dengan menuliskan surat berisi ucapan terima kasih aatu ucapan syukur yang ditujukan kepada seseorang yang memberikan pengaruh positif terhadap kehidupanmu. Bila sudah menulis surat, langkah selanjutnya adalah membacakan surat tersebut di depan orang yang kamu tuju.

3. Do a gratitude walk
Langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung kebaikan maupun berkah yang diperoleh dalam suatu aktivitas tertentu, atau mungkin yang dirasakan di hari itu. Kamu juga dapat berteriak di alam bebas untuk mengucapkan rasa syukurmu.

4. Thanks everyone for everything practice
Berterima kasihlah pada setiap orang yang membantumu. Sekecil apa pun bantuan yang diberikan. Ucapan terima kasih ini bisa diucapkan secara langsung maupun tidak langsung. Seperti melalui surat, maupun pesan yang dikirim lewat media sosial.

5. Penanaman rasa syukur
Menurut Miller (Emmons dan Shelton dalam Cahyono, 2019), ada 4 langkah yang dapat dilakukan untuk menanamkan rasa syukur di dalam diri. Pertama, mengenali pikiran-pikiran tidak bersyukur. Kedua adalah merumuskan pikiran yang mendukung rasa bersyukur. Ketiga adalah dengan mengganti pikiran tidak bersyukurmu dengan pikiran yang mendukung rasa syukur. Kemudian, langkah terakhir adalah dengan mewujudkan perasaan dalam bentuk perilaku yang nampak. Bila sebelumnya bersyukur hanya diucapkan dalam hati, maka selanjutnya adalah mewujudkannya dalam bentuk perilaku. 

Bersyukur mungkin tidak semudah memuntahkan keluhan, namun dengan memiliki rasa syukur, kamu tentu akan lebih mudah merasakan  kebahagiaan. Cobalah lihat sekelilingmu dan amati, berapa banyak kebaikan yang telah kamu peroleh. Jadi, sudahkah kamu bersyukur hari ini? (ZN)

Referensi

Cahyono, E., W. (2019). The Power of Gratitude: Kekuatan Syukur dalam Menurunkan Stres Kerja. Yogyakarta: Deepublish.

Haryanto, H., C. & Kertamuda, F., E. (2016). Syukur sebagai sebuah pemaknaan. Insight, 18(2), 109-118.

Prabowo, A. (2017). Gratitude dan psychological wellbeing pada remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 5(2), 260-270.

Posting Komentar