Pamflet Aksi Online LK FPsi UNM
Sumber: Dok. BEM UNM
Psikogenesis, Jumat (08/05)- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Makassar (UNM) dan seluruh Lembaga Kemahasiswaan UNM menggelar aksi yang dilakukan secara daring dengan isu utama "Gratiskan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Semester Depan" pada Jumat (08/05).

Muh. Aqsha B.S selaku Presiden BEM UNM mengungkapkan bahwa tujuan aksi online yang digelar adalah untuk memberikan tekanan kepada pimpinan universitas sehingga mengeluarkan kebijakan terkait UKT agar dapat meringankan beban mahasiswa dalam melakukan pembayaran UKT.

"Kita sekarang butuh menekan pimpinan (baca: UNM) agar bisa mengeluarkan kebijakan di UKT untuk meringankan beban mahasiswa dengan menggratiskan atau melakukan keringanan UKT dengan cara memviralkan di media," ungkapnya.

Presiden BEM UNM yang kerap disapa Aqsha ini menjelaskan isu UKT diangkat karena manfaat dari pembayaran UKT yang tidak dapat dirasakan sebagai dampak dari Corona Virus Disease (COVID-19). Menurutnya, jika UKT semester ini sulit untuk dikembalikan, maka pihak universitas dapat membebaskan pembayaran UKT pada semester berikutnya, dengan mempertimbangkan keadaan perekonomian orang tua mahasiswa yang tidak stabil.

"UKT di semester ini tidak maksimal dipakai di bangku perkuliahan maka dari itu ketika UKT semester ini tidak dikembalikan lalu diperuntukkan untuk apa?," jelasnya ketika dihubungi via Whatsapp.

Lebih lanjut Aqsha menambahkan bahwa sistem UKT sudah sejak lama dipermasalahkan, khususnya pada Undang-Undang Perguruan Tinggi (UUPT) Nomor 12 tahun 2012 tentang landasan dari komersialisasi, privatisasi, dan liberalisasi di dunia pendidikan.

"Saya kira sistem UKT mengatur itu (baca: peninjauan ulang UKT), walaupun sebenarnya kita ketahui bersama sistem UKT ini bermasalah dari dulu dan kita (baca: BEM UNM) tetap menolak UU no 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi," imbuhnya.

Aqsha menuturkan bahwa metode aksi secara online ini dipilih karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan aksi massa secara langsung. Seruan aksi digaungkan melalui media sosial dan menandai tokoh-tokoh yang dianggap berpengaruh agar keresahan mahasiswa bisa didengarkan. Selain itu, pihak lembaga kemahasiswaan turut mengajukan permohonan untuk melakukan dialog dengan pimpinan universitas.

"Dengan memposting seruan aksi lalu melakukan tagline pada akun yang bisa memviralkan keresahan kita (baca: mahasiswa) itu seperti akun menteri, ditjen (baca: direktorat jendral), kompas, Jokowi, Najwa. Selain itu kita telah bersurat ke rektorat menyampaikan pernyataan sikap dan juga permohonan dialog," tuturnya.

Mahasiswa asal Soppeng ini mengungkapkan aksi yang digelar secara online ini lebih aman bagi mahasiswa sebagaimana anjuran dari pemerintah untuk tidak membuat kerumunan. Hanya saja, Aqsha mengaku bahwa bahwa respon dari pihak pimpinan universitas lebih lambat dibandingkan dengan aksi secara langsung. 

"Aksi yang biasanya kita lakukan turun ke jalan, dan memberikan tekanan pada pimpinan langsung, cuma ini kan via online dan yang berperan gelombang masifnya postingannya teman-teman (baca: mahasiswa) karena birokrasi punya segala hal, kita hanya punya massa," ungkapnya.

Presiden BEM UNM ini pun berharap agar melalui aksi online ini, semua mahasiswa UNM dapat berjuang dan bergerak bersama. Ia turut berpesan agar mahasiswa tidak hanya mengeluh, namun ikut dalam menyebarluaskan keresahan yang dialami, karena keluhan tidak akan menghasilkan apa-apa.

"Semoga selalu sehat, berdoalah agar pandemi ini cepat berlalu dan tuhan senantiasa memberikan kita kekuatan untuk berjuang," harapnya. (UNCH)

Posting Komentar