Ilustrasi Swimmer's Body Illusion
Sumber: google.com
Kebenaran tak pernah mutlak. Kita pasti pernah menilai sesuatu memiliki kebenaran absolut, hingga kita lupa membuka kemungkinan lain. Kemungkinan akan adanya kesalahan atas kebenaran yang ada, kita tersesat pada cara berpikir kita. Kita, hanya memfokuskan pada hasil yang ada dan mengabaikan proses yang telah dilalui.

Apa yang membuat Fakultas Psikologi UNM terkenal? Apakah karena menjadi yang terbaik di Indonesia Timur? Diantaranya pasti karena fasilitas serta kepintaran dan prestasi mahasiswanya. Tetapi sungguhkah demikian? Coba ajukan pertanyaan ini pada temanmu, “Apakah kuliah di Fakultas Psikologi UNM, membuat mahasiswanya pintar dan berprestasi?” Bila jawabannya iya, maka ia sedang mengalami swimmer body illusion.

Swimmer body illusion atau ilusi tubuh perenang pada awalnya disadari oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang penuls buku terkenal berjudul ‘Black Swan’. Taleb berusaha mengurangi lemak ditubuhnya, ia pun bertekad mengikuti beberapa olahraga, seperti lari, angkat beban dan bersepada.

Kemudian, ia mulai membayangkan tubuh dari masing-masing atlet tersebut. Pelari tubuhnya terlalu kurus dan daripada mengurangi lemak  badan, itu lebih layak dikatakan menderita. Binaragawan, memang tubuh bagus, bahu lebar dan berotot, tetapi taleb menganggap itu bodoh. Pengendara sepeda, bagus memang, hanya mengayuh pula, tetapi menyiksa pantatnya. Lalu Taleb mulai membayangkan tubuh seorang perenang; tegap, langsing, mulus, berlekuk indah dan menarik.

Setelah memutuskan memilih olahraga renang, tak lama kemudian Taleb berpikir bahwa ia telah terjebak oleh sebuah ilusi. Menurut Taleb (2009), manusia telah dirancang untuk mempelajari hal-hal yang spesifik ketika seharusnya mereka lebih fokus ke hal-hal umum. Kita berkonsentrasi pada hal-hal yang telah kita ketahui dan berulang-ulang gagal memperhitungkan yang tidak kita ketahui. Dalam hal ini, para perenang itu, tidak memiliki tubuh indah karena latihan kerasnya dalam berlatih renang melainkan tubuhnya memang telah indah sejak awal.

Menurut Dobelli (2013), swimmer’s body illusion adalah sebuah ilusi yang membuat kita berfokus pada keberhasilan (hasil) dan mengabaikan kemungkinan akan banyaknya kegagalan (seleksi) didalamnya. Dalam contoh diatas, bisa saja mahasiswa Psikologi telah pintar dan berprestasi sebelum memasuki perkuliahan, yang artinya fakultas tidak berperan. Bisa saja yang di ekspos keluar hanyalah mahasiswa yang pintar dan berprestasi  saja, lalu orang awam sukses digiring pada pemikiran ‘Ohiya, semua mahasiswa psikologi pintar dan berprestasi’, dan mengabaikan mahasiswa Psikologi secara keseluruhan.

Kerancuan dan keluputan berpikir bahwa terdapat kegagalan diantara kesuksesan sangat dipengaruhi oleh intuisi, pengetahuan, dan pengalaman. Ketiga faktor yang memengaruhi ini tentunya membuat cara berpikir dan merespon kita berbeda-beda. Apabila kita pernah mengalami, merasakan dan pernah mengetahui serta memahami, tentu kita akan memberikan respon perilaku yang berbeda dengan mereka yang tidak pernah  mengalami, merasakan, mengetahui serta memahaminya.

Maka dari itu, manusia sebagai makhluk yang penuh dengan bias perlu memikirkan kembali sebelum memutuskan atau mempercayai sesuatu. Intuisi yang baik akan merefleksikan alam bawah sadar individu berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Pengetahuan akan membuat seorang individu memahami suatu kejadian dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Dan pengalaman adalah sesuatu yang didapatkan dengan mengalami secara langsung kejadian maupun situasi yang akan memudahkan kita menghadapi kejadian lain kedepannya.

Mengingat terdapat beragam jenis bias, seperti corfimation bias, status-quo bias, negativity bias, in-group bias dan lainnya. Sepertinya kita memang harus menambah pengalaman, pengetahuan dan intuisi kita agar tidak menimbulkan bias lainnya dalam proses berpikir kita. seperti kata Jalaluddin Rumi, “Semakin sering ia menggosok cermin hatinya, semakin jelaslah ia melihat segala”. Utamanya dalam memutuskan sesuatu, bercerminlah, sadari apa yang kamu lihat dibalik pantulan cermin itu, pikirkan kembali keinginan dan kemampuanmu, kikislah sebanyak mungkin bias serta bertindaklah. (BLU) 

Referensi
Taleb, N. N. (2009) The Black Swan. Jakarta; Gramedia

Dobelli, R. (2013). The art of thinking clearly: Better thinking, better decision. UK: Sceptre

Posting Komentar