Ilustrasi Tugas Pengganti UTS
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis
Psikogenesis, Rabu (06/05)-Seminar Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) Sulawesi yang ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan membuat dosen pengampu mata kuliah School Wellbeing and Spiritual Teaching (SWB-ST) memutuskan untuk memberikan tugas pengganti Ujian Tengah Semester (UTS) bagi mahasiswa peserta seminar yang sebelumnya tidak mengikuti UTS secara tertulis. Kebijakan ini pun menuai pro kontra dari mahasiswa. 



Mahasiswa berinisial AF yang memprogramkan mata kuliah SWB-ST dan menjadi salah satu peserta seminar mengungkapkan kekecewaannya terkait tugas pengganti UTS yang diberikan. Menurutnya, tugas tersebut lebih memberatkan dibanding dengan yang tidak mengikuti seminar.

“Kayak kurasa lebih ribet ki daripada yang nda ikut seminar, karena ini disuruhkan ki bikin lewat canva dalam bentuk bagan atau ditulis di kertas folio,” ungkapnya.

Kekecewaan pun juga datang dari mahasiswa berinisial YH. Menurutnya, tugas tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan di awal dan cukup memberatkan.

“Menurutku kurang sesuai ki bahkan pikiranku sama teman yang lain juga merasa mending ikut mid (baca: UTS) biasa kalau akhirnya begini jadinya,” jelasnya ketika dihubungi melalui Whatsapp.

Lain halnya dengan Satrio Perwira yang juga menjadi salah satu peserta seminar menuturkan bahwa ia dapat menerima tugas yang diberikan dan tidak merasa diberatkan. Meski mengaku sedikit bermasalah dengan waktu pemberian tugas yang tiba-tiba. 

“Tetapi, bisa menerima karena saya pikir dari pihak penyelenggara juga mengalami kerugian dengan ditundanya seminar ini,” tuturnya.

Tidak hanya Satrio, mahasiswa yang berinisial ZN juga tidak mempermasalahkan tugas pengganti UTS yang diberikan. Ia menuturkan bahwa tugas yang diberikan masih dalam batas wajar.

“Kalo menurut saya, tugas yang diberikan itu wajar saja mengingat situasi sekarang tidak bisa dipungkiri entah sampai kapan keadaan SFH (baca: Studi From Home) & WFH (baca: Work From Home) akan berakhir dan tidak memungkinkan untuk pelaksanaan seminar, jadi kurasa ini mi alternatif dari kemungkinan terburuknya dosen kasih kita tugas,” ujarnya. 

Lebih jauh, Satrio pun turut berharap agar tugas yang diberikan mendapat hasil yang sesuai dengan yang telah dikerjakan.

“Semoga tugas yang diberikan bisa dikerjakan dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik juga,” harapnya.

Menanggapi respon dari mahasiswa, Eva Meiza Puspita selaku dosen pengampu mata kuliah SWB-ST menerangkan bahwa kebijakan tersebut diambil karena melihat kondisi sekarang yang tidak memungkinkan untuk terlaksananya seminar APPI tersebut.

“Sebenarnya logika berpikirnya lurus pasti paham akan hal ini dan tidak mempermasalahkan, tapi kalau cari-cari masalah atau gak mau susah ya banyak protes dan ngeluh-nya,” terangnya.

Eva juga menyatakan bahwa tugas tersebut seharusnya tidak memberatkan dan bisa menjadi motivasi mahasiswa.

“Disinilah aplikasi dari mata kuliah sesungguhanya bagaimana menjadi mahasiswa yang memiliki subjective well being terutama dalam menghadapi masalah. Harusnya tetap bahagia, produktif dan bermakna,” tutur Eva saat dihubungi via Whatsapp.

Eva pun mengaku bahwa kebijakan yang diambil ini sangat berat, tetapi juga dilakukan untuk memperoleh nilai UTS mahasiswa yang menjadi peserta seminar APPI.

“Memang tidak ada kebijakan yang disukai atau disetujui semua orang dan kamipun jujur sangat berat ambil kebijakan ini, tapi realistis saja karena mau diambil di mana nilai mid?” jelasnya.

Sementara itu, terkait dengan uang seminar yang sudah dibayarkan, Eva menuturkan bahwa kontribusi tersebut tidak dapat dikembalikan oleh pihak panitia karena segala kebutuhan seminar telah disiapkan dengan matang. 

“Karena sebenarnya panitia sudah fix-kan semua mulai dari gedung, konsumsi dan seminar kit jadi tidak ada lagi uang di panitia yang tersisa,” tuturnya.

Eva juga menambahkan bahwa kalaupun ada yang membatalkan diri mengikuti seminar dengan alasan yang masuk akal, maka pihak panitia akan mempertimbangkan untuk mengembalikan kontribusi seminar. 

“Sepanjang alasannya rasional pasti kami pertimbangkan meskipun sebenarnya semua keuangan sudah terdistribusikan dan tidak ada pikiran panitia untuk untung, jadi silakan ketemu ketua panitia saja ya,” tambahnya. (ANH)

Posting Komentar