Ilustrasi bersepeda
Sadar gak sih? Kalau selama pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) jumlah pesepeda bertambah dari waktu ke waktu? Padahal Work From Home atau School From Home masih berlaku. Bila diibaratkan sebagai suatu penyakit mungkin fenomena bersepeda ini bisa menjadi endemik baru. Secara sederhana, endemik dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang muncul di wilayah tertentu.

Tetapi, kita tidak akan membahas endemik secara lebih lanjut. Kita akan membahas “Kok bisa ya, olahraga sepeda mengalami peningkatan selama pandemi?”

Ternyata menurut Raglin dan Wilson dalam buku Bouchard dan kawan-kawannya yang berjudul “Physical Activity and Health”, olahraga yang dilakukan secara rutin memiliki manfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Selain itu juga, olahraga dapat melatih adaptasi terhadap kondisi stres. 

Melansir dari The Guardian, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Professor Janet Lord, direktur Institute of Inflammation and Aging di University of Birmingham membuktikan bahwa aktivitas bersepeda menunjukkan sebuah peningkatan sistem kekebalan tubuh dan membantu mengurangi stres. Hal ini diperkuat oleh pendapat William Schaffner, seorang pakar penyakit menular dari Vanderbilt University melalui The Verge. Ia menyatakan bahwa perjalanan dengan jarak relatif singkat atau pendek lebih baik dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda daripada menggunakan transportasi pribadi maupun umum.

Eits! Tunggu dulu tak sampai disitu, beberapa penelitian juga menunjukan bahwa berolahraga termasuk bersepda memiliki dampak positif. Seperti penelitian Peter yang berjudul “Phsycal Exercise and Psycological Well-Being: A Population Study in Finland” yang membuktikan bahwa 48,92% responden mendapatkan dampak positif seperti penurunan depresi, emosi dan stres psikologis. Tak hanya itu, penelitian Klaperski dan kawan-kawannya juga membuktikan bahwa 63,82% wanita yang sangat aktif berolahraga mengalami penurunan reaksi stres psikologis dibandingkan dengan yang tidak pernah berolahraga.

Di tengah situasi pandemi ini, sangatlah mungkin apabila seseorang dapat mengalami depresi. Depresi sendiri berkaitan erat dengan kesepian, keterasingan dari lingkungan, ketidakberdayaan terhadap keadaan, ketergantungan pada situasi sebelumnya, kurangnya kepercayaan diri dan kurangnya dukungan keluarga. Selain dapat mengalami depresi, seseorang tentunya ingin terbebas dari kondisi depresi. Bentuk pencarian kebebasan itu kemudian diaktualisasikan dalam bentuk pencarian media yang dapat menyalurkan serta memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Zulkarnaen pada 2010, kebutuhan masyarakat yang semakin beragam akan membutuhkan tempat atau wahana yang dapat menjadi penyalur kebutuhannya. Kebutuhan tersebut seperti keinginan masyarakat akan derajat kesehatan yang tinggi, aktualisasi diri yang lebih luas dalam lingkungannya, serta penampilan jasmani yang proporsional. Dalam situasi pandemi ini, olahraga pun menjadi pilihan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang diinginkan. 

Sementara itu, Brannon dan kawan kawannya dalam buku “Health Psychology: An introduction to Behavior and Health.“ Aktivitas fisik dalam olahraga bermanfaat dalam meningkatkan konsentrasi, membantu proses penuaan, menaikan daya tahan tubuh dan mengurangi stres. Maka sangatlah wajar apabila bersepeda sebagai salah satu olahraga mengalami peningkatan kegiatan selama pandemi. Apalagi bersepeda dapat dilakukan secara beramai-ramai dengan tetap menjaga jarak.

Namun, Kecintaan kita terhadap olahraga sepeda harus terus diiringi dengan kecintaan kita terhadap kesehatan lainnya. Seperti kata Seno Gumira, “Debu cinta bertebaran seperti virus, kurang sehat sedikit, kita pun jadi korban.” (BLU) 


SUMBER:
Brannon, Linda, Feist, jess. (2007). Health Psychology: An introduction to Behavior and Health. Belmont, USA. 

C. Bouchard, S. N. Blair, & W. L. Hashel (2012). Phsycal activity and Health (2nd ed.) Leeds: Human Kinetics. 

Hawkins, A. J. (2020, Maret 09) How Cities are Fighting Coronavirus on Public Transportation. Diakses melalui https://www.theverge.com/2020/3/9/21168516/coronavirus-covid19-city-public-transportation-subway-bus-cleaning

Klaperski, S., Seelig, H., & Fuchs, R. (2012). Sport aktivitat als Stresspuffer, Physical Activity as a Stress Buffer. Zeithschrift fur Sport Psychologie, 19, 18-90.

Peter, Hassmen. (2000). Phsycal Exercise and Psycological Well-Being: A Population Study in Finland. Stockholm University: Finland. Preventive Medicine 30, 17-25. 

S.A. Ajidarma. (2008). Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta. Cetakan VI. Jakarta:Gramedia Psutaka Utama.

The Guardian (2018, Maret 08) Cycling keeps your immune system young, study finds. https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2018/mar/08/cycling-keeps-your-immune-system-young-study-finds

Zulkarnaen. (2010). Hubungan Motivasi dengan Partisipasi Masyarakat dalam Melakukan Aktivitas Olahraga Futsal di Kota Bekasi. Jurnal MOTION, Volume I. No. 1. 1-10.

Posting Komentar