Bidikmisi
Sumber: google.com
Psikogenesis, Selasa (30/07) - Pergantian mahasiswa penerima beasiswa Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) di Fakultas Psikologi (FPsi) telah mendapat titik terang. Akan tetapi, proses yang ditempuh nyatanya tidak mudah, terutama saat masa pandemi ini. 

Mahasiswa berinisial HS misalnya. Setelah mendapat informasi pendaftaran bidikmisi pengganti sejak Februari lalu, HS pun telah mendaftarkan dirinya. Hanya saja, proses yang harus ditempuh diakui sulit oleh HS lantaran pihak kampus yang mengharuskan para pendaftar untuk melengkapi berkas dalam waktu singkat. 

"Beberapa yang harus diurus di Lurah jadi saya menelpon orang di kampung untuk minta tolong diuruskan," tuturnya.

Setelah melengkapi semua berkas, HS pun mengumpulkannya ke koordinator bidikmisi fakultas. Sekitar 5 bulan dalam penantian, HS akhirnya bisa bernapas lega setelah dinyatakannya lulus sebagai pengganti bidikmisi pada Jumat (17/07) lalu. HS pun mengaku bersyukur sekaligus kaget karena tiba-tiba dimasukkan di WhatsApp Group pengganti bidikmisi.

"Tidak tahu kalau masih diadakan ternyata. Kan saya daftar bulan Februari dan sejak itu tidak pernah diungkit-ungkit. Lalu tiba-tiba dimasukkan ke grup bidikmisi pengganti," jelasnya.

Tahap selanjutnya, para pendaftar bidikmisi yang telah dinyatakan lulus kemudian diarahkan ke kampus secara langsung untuk melengkapi berkas dalam kurun waktu satu pekan (20-27/07). Hal tersebut pun dirasa berat oleh HS yang tinggal di Toraja Utara. Ia terpaksa melakukan rapid test agar dapat diizinkan masuk ke wilayah Makassar. 

"Jadi sebisa mungkin saya tidak sampai 2 minggu di Makassar agar bisa pulang dengan masa surat rapid tersebut masih berlaku," jelasnya.

Namun demikian, HS menambahkan bahwa pengganti bidikmisi memang diwajibkan ke kampus karena berkas harus dilengkapi langsung oleh pendaftar bidikmisi yang bersangkutan.

"Karena ada formulir yang harus diisi sama yang pembuatan rekening, tanda tangan yang tidak bisa diwakili, dan juga sekalian bincang-bincang dengan pak WD III," ungkapnya.

Tidak seperti yang diharapkan, setelah melakukan tes rapid dan jauh-jauh dari Toraja Utara, HS malah tidak bertemu dengan WD III yang sebelumnya telah dijadwalkan.

"Harusnya ketemu, tapi karena bapak (baca: WD III) ada urusan jadi sama kak Iccang saja ketemu," sesalnya.

Meski demikian, HS berharap pergantian bidikmisi tetap diadakan dan diinformasikan kepada mahasiswa FPsi.

"Untuk membantu mahasiswa yang membutuhkan dan program ini juga dapat menjadi sarana untuk terus berprestasi," harapnya. (UNCH)

Posting Komentar