Ilustrasi cyber love
Sumber: google.com

Media sosial adalah jembatan komunikasi di zaman sekarang. Dengan beragam jenis media sosial, kita bisa menjalin kembali silaturahmi dengan teman lama. Tapi, nggak hanya teman lama,loh! Dari media sosial, kita juga bisa mendapatkan teman baru bahkan menemukan teman hidup. Eh! Kok tiba-tiba teman hidup sih?! Iya, teman hidup.

Sebelumnya, kita telah membahas tentang strategi Move On, (Baca: Strategi Move On, Karena Bahagia Perlu Rencana). Semisal kamu telah Move On sekarang. Setelah Move On kamu pasti ingin menemukan cinta yang baru, ya kan? Nah, terus gimana sih cara menemukannya, apalagi masih pandemi, susah PDKT dong!

Eits!!! Tunggu dulu. Siapa bilang susah? Bisa kok PDKT online. Kamu mungkin pernah menghabiskan waktu saling berbalas pesan dengan seseorang, tanpa sadar kamu mulai bercerita panjang lebar dengannya dan kamu menaruh hati padanya. Jangankan dua-tiga kali ketemu, sekali aja belum, tapi udah nyaman.

Ternyata fenomena ini dikenal dengan “Cyber Love”. Apa sih cyber love itu? 

Doring pada tahun 2002 dalam buku ‘Studying online-love and cyber-romance in online social science’ menjelaskan bahwa cyber love adalah suatu hubungan yang terjalin antar dua individu dengan smartphone sebagai perangkat utama dan proses perkenalan terjadi di media sosial. Singkatnya, cyber love merupakan fenomena hubungan romantis atau berpacaran di dunia maya dengan media sosial sebagai perantara utamanya.

Katanya sih, “cinta datang karena terbiasa”. Terbiasa yang dimaksud adalah terbiasa bertemu. Namun dengan media sosial apa sih yang nggak bisa? Terbiasa bertemu bisa beralih menjadi terbiasa mengirim foto, terbiasa memberi kabar, terbiasa dengan pembicaraan yang nyambung dan terbiasa-terbiasa lainnya.

Penelitian "Online Intimacy and Well-being in Digital Age" yang dilakukan oleh Lomanwska dan Matthieu pada 2016 memperkuat hal ini. Menurut mereka, pada era digital, kehidupan psikososial individu dewasa bertambah kompleks dan beban pekerjaan semakin tinggi. Sehingga, hanya memiliki sedikit waktu luang. Sedikitnya waktu luang ini membuat komunikasi antar pasangan terbatas. Namun dengan hadirnya beragam aplikasi media sosial membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Berkomunikasi melaluiSmartphone, seperti chatting dan video call  ini dianggap lebih praktis dan menghemat waktu.

Komunikasi yang baik tentu akan menghasilkan hubungan yang positif, pasangan akan merasa nyaman dan mampu mengungkapkan dirinya secara mendalam. Dalam komunikasi yang baik, tentu akan menghasilkan hubungan yang positif. Namun dalam cyber love ,komunikasi juga dapat menjadi kendala. Menurut Josue dalam penelitian pada 2016, pasangan pasangan cyber love kesulitan memisahkan masalah dalam hubungan dikarenakan media komunikasi utama mereka hanya melalui pesan teks, sehingga rawan terjadi miskomunikasi. Selain itu, masalah lainnya juga adalah kesulitan membagi waktu antar pasangan.

Penelitian Josue juga diperkuat berdasarkan hasil penelitian Rozaq pada 2018, Rozaq menyimpulkan bahwa terdapat batasan dalam berinteraksi yang membuat komunikasi tertutup, hingga terpecahnya hubungan pasangan yang bisa berakhir pada perceraian.

Terlepas dari beberapa kendala, aplikasi semacam Twitter, Facebook, Whatsapp, Instagram,dan Tinder menjadi beberapa pilihan yang bisa kita gunakan untuk memulai cyber love. Lomanowska dan Matthieu menilai bahwa tidak ada perbedaan antara percintaan dunia nyata dengan dunia maya. Meskipun para cyber lover atau para pelaku cyber love belum pernah bertemu dan bertatap langsung dengan pasangannya, mereka tetap bisa dan mampu menjalin suatu hubungan yang intim bahkan hingga ke jenjang pernikahan. 

Hal yang perlu diingat adalah bahwa media sosial adalah dunia yang bisa saja menipu. Jatuh cinta dengan orang baru di media sosial memang tidak terlarang, namun bukan berarti kamu bisa melakukannya begitu saja, loh! Banyak yang bisa dimanipulasi; usia, pendidikan, bahkan wajah sekali pun. Yah, wajah, banyak kok aplikasi yang bisa memberikan efek tertentu hingga membuat wajah menjadi lebih rupawan. So, Be Careful!

Percaya memang boleh, tapi harus berhati-hati untuk mencegah hal terburuk terjadi, karena di zaman sekarang banyak juga kejahatan yang berawal dari media sosial. Kalau sekalipun kamu telah terlanjur menaruh hati, yakinkan dirimu bahwa ia yang telah menjatuhkan hatimu hanyalah orang asing yang iseng menghubungimu. Good Luck, maybe cyber love is your true love! (BLU) 

SUMBER:

Döring, N. (2002). Studying online-love and cyber-romance in online social science. Seattle: Hogrefe & Huber Pubisher. 

Josue, Liamas Rodriguez. (2016). The business of love: superficiality and false intimacy in online dating sites. Thesis of Tuft University England. Diunduh darihttps://dl.tufts.edu/concern/pdfs/3t946275r pada 03 Agustus 2020. 

Lomanowska, Anna M., & Matthieu J. Guitton. (2016). Online intimacy and well-being in digital age. Journal of Internet Intervention, 4 (6), 138-144. DOI: 10.1016/j.invent.2016.06.005. 

Rozaq, W. N. (2018). Komunikasi keluarga pada pasangan suami-istri yang terlibat cyber love melalui sosial media. Doctoral dissertation UIN Sunan Ampel Surabaya. Diakses melalui http://digilib.uinsby.ac.id/26774/pada 3 Agustus 2020.

Posting Komentar