Ilustrasi Musim Gugur.
Sumber: google.com

Kala itu,
musim gugur lagi mesra-mesranya.
Hembusan angin yang kencang,
seolah semakin memaniskan suasana.

Daun-daun berguguran,
jatuh langsung ke tanah,
singgah sebentar di atap rumah,
bahkan sedikit nakal, menyentuh pipi manismu.

Ya, aku bersandar di batang pohon ini,
sementara kamu membaringkan kepala di pahaku.

kala itu, kita masih bersama.
Tatapmu tak lepas dari langit biru nan indah,
aku pun sama, bedanya aku melihatnya melalui matamu.
Sungguh romantika yang sangat manis, bukan?

namun, persis seperti tempatku bersandar, kisah kita berguguran.
layaknya daun, satu per satu lepas dari rantingnya,
ibarat ranting, perlahan-lahan patah dari dahannya,
dan seperti batang, ia berdiri kokoh meski telah sendirian.

Namun yang namanya kenangan, tak pernah semudah itu dilupakan.
Sebab tak mudah dilupakan, maka kutuliskanlah diksi-diksi nostalgia ini,
barangkali, di ujung sana, kamu melihat, mendengar, merasakan.
Ya, aku tak berharap banyak, tapi semoga kamu juga merindukan.

Karena memang benar, kisah kita telah usai,
namun perasaan ini belum pernah selesai.

-Mr.Bam
Titik Temu, 22 September 2020

Posting Komentar