Ilustrasi Sastra "Duka Merah Putih".
Sumber: detikcom

Merah Putih kini didominasi putihnya

Duka dimana-mana,

merah yang berani, tak sama seperti dulu, 

Sekarang, berani sedikit dibunuh. 

Mural-mural dihancurkan, 

Katanya penghinaan lambang negara. 

Padahal sudah jelas, UUD 45 menyebutkan lambang negara itu apa. 

"Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, " begitu bunyinya. 

Lalu, kenapa dihancurkan? Takut dikritik? Padahal muralnya, tak menyebut nama bahkan wajah tak seutuhnya. 

Katanya harus kritis dan kreatif, 

Tapi mana? Dihancurkan dan tak diapresiasi? Aneh. 

Tujuh puluh enam tahun merdeka, 

Kita tak lagi dijajah kompeni atau melakukan romusha, 

Kita dijajah pribumi dan melakukan kerja karena putus asa. 

Ini ya, yang namanya merdeka? 

Hal-hal biasa diperkarakan sampai luar biasa, 

Yang luar biasa malah dibiasakan. 

Milyaran diambil, hukumannya tahunan

Seekor ayam diambil, hukumannya sama bahkan lebih.

Ini ya, arti sila kelima? 

Mungkin, setelah puisi ini ditulis, 

Penulisnya dipukul di pelipis.

Apapun itu, Dirgahayu Republik Indonesia! 

Selamat memerdekakan pijakan kaki sendiri. 


-Mr. Bam

Posting Komentar