Ilustrasi Psikologika "Limerence".
Sumber: Pinterest

"I ain't ready, Crazy little thing called love"- Freddie Mercury

Dunia romansa penuh dengan lika-liku interpersonal maupun intrapersonal, kita mungkin tidak asing lagi dengan kasus seperti wanita atau pria yang posesif pada pasangannya, namun tahukah kamu ada kasus yang lebih menarik? Kasus dimana timbul perasaan obsesi pada orang yang bukan dan belum tentu menjadi pasangan kita, waduh gimana dong?! 

Fenomena tersebut memiliki istilah ilmiah dalam ilmu psikologi, limerence, atau yang kita kenal dengan sebutan 'crush'. Limerence umumnya melibatkan pikiran obsesif, fantasi, dan keinginan untuk membentuk serta memelihara hubungan romansa dengan si dia (limerent), serta memiliki harapan agar perasaannya terbalaskan oleh si limerent

Limerence berbeda dengan hal serupa seperti afeksi, afeksi hanya sebatas watak, dan perasaan yang ditunjukkan kepada seseorang terlepas dari apakah perasaan tersebut terbalaskan. Di sisi lain limerence sangat menekankan pada keinginan kamu agar perasaannya terbalaskan oleh si dia, di mana keinginan tersebut akan tetap ada terlepas apakah perasaanmu terbalaskan atau tidak. 

Pemikiran intrusif dan obsesif yang dialami saat limerence pada dasarnya merupakan suatu kondisi yang melibatkan kognitif, jika dilihat dari perspektif neuropsikologi, limerence disebabkan oleh kurangnya tingkat serotonin, sehingga dapat dibedakan dengan penderita Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). 

Individu yang mengalami limerence akan memiliki rasa takut akan penolakan, sebagaimana telah dijelaskan bahwa limerence sangat menekankan pada keinginan terbalasnya perasaan, sehingga tidak mengagetkan jika kamu takut menghadapi penolakan dari limerent. Dalam sebagian besar kasus, fenomena limerence pudar, dan hilang akibat tidak adanya balasan dari limerent dalam jangka waktu yang lama. 

Komponen ketiga dalam fenomena limerence adalah adanya hope atau harapan dari dirimu kepada limerent. Fenomena limerence terbentuk apabila ada kesan seimbang antara harapan dan ketidakpastian. Segala gerak-gerik dari limerent akan dipersepsikan oleh dirimu sebagai 'clue' yang mendukung harapan akan terbalasnya perasaan oleh limerent

"She says she loves you, and you know that can't be bad"- The Beatles. 

Komponen terakhir dalam fenomena limerence adalah kesepian. Diasumsikan bahwa individu yang kesepian akan cenderung lebih mudah mengalami limerence. Jika kebutuhan sosial dirimu tidak terpenuhi dan dirimu tidak menyadarinya, maka perasaan bahwa seseorang tertarik padamu akan mudah muncul, kamu akan mempersepsikan segala yang dilakukan oleh limerent secara berlebihan, yang akan memenuhi kebutuhan emosionalmu. 

Limerence tentunya memiliki dampak, utamanya terhadap individu yang mengalaminya. Secara fisik, gejala-gejala seperti bernafas pendek, keringat berlebihan, dan jantung berdebar lebih kencang akan menjadi manifestasi saat dirimu sedang bersama atau memikirkan tentang dirinya. 

Efek psikologis dari limerence kepada orang yang mengalaminya antara lain canggung, kaku, stuttering atau sulit berbicara, malu, dan rasa kebingungan yang terlihat dalam bentuk perilaku. Di mana rasa takut akan penolakan akan memungkinkan untuk membuat dirimu mempersepsikan bahasa tubuh si dia secara negatif, secara langsung memicu konflik antara ekspektasi dan persepsimu yang akan menimbulkan kebingungan. 

Limerence bisa bertahan hingga bertahun-tahun, dengan rata-rata selama tiga tahun, dengan beberapa kasus hanya bertahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa dekade. Limerence bisa saja bertahan lebih lama dari romantic love, tetapi lebih singkat dari hubungan komitmen yang sehat. 

Perlu digarisbawahi bahwa limerence merupakan dinamika intrapersonal, sehingga sangat berbeda dengan obsesi yang melibatkan paksaan fisik atau emosional kepada orang lain agar perasaannya dapat terbalaskan. Dikatakan limerence apabila ada kesan kesempatan yang dimiliki oleh individu, namun di sisi lain juga ada ketidakpastian dari sang limerent, membuat dirimu seakan bermain sendiri dengan pikiranmu dalam permainan romansa. 

"Sudah terlalu lama kita berdiam, tenggelam dalam gelisah yang tak teredam"- Ari Lasso. (AR) 


Referensi 

Banker, Robin M. (2010). Socially Prescribed Perfectionism and Limerence in Interpersonal Relationships. University of New Hampshire (Department of Education).

Diamond, Lisa. "Emerging Perspectives on Distinctions Between Romantic Love and Sexual Desire" (PDF). Current Directions in Psychological Science. 13: 2. Archived from the original (PDF) on 4 March 2016. 

Sack, David (June 28, 2012). "Limerence and the Biochemical Roots of Love Addiction" (web). Huffington Post.

Shaver, Phillip; Hazan, Cindy (1985), "Incompatibility, Loneliness, and "Limerence", in Ickes, W. (ed.), Compatible and Incompatible Relationships. Springer Series in Social Psychology, Springer, New York, NY, pp. 163–184, doi:10.1007/978-1-4612-5044-9_8, ISBN 978-1-4612-9538-9. 

Tennov, Dorothy (1999). Love and Limerence: the Experience of Being in Love. Scarborough House. ISBN 978-0-8128-6286-7. 

Posting Komentar