Pamflet World Mental Health Day 10 Oktober.
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Muh. Anshary Arma Arsyad

'Mental health care for all: let’s make it a reality'

      Kutipan diatas merupakan slogan dari hari kesehatan mental sedunia tahun 2021 yang diperingati setiap 10 Oktober 2021 dan mengangkat ‘Mental Health in an Unequal World’ sebagai tema. Hari tersebut menjadi momentum untuk mempromosikan pentingnya kesehatan mental. Namun, nyatanya isu kesehatan mental masih kurang dianggap serius.


Masalah Kesehatan Mental

      World Health Organization dalam laporannya Depression And Other Common Mental Disorders menunjukkan bahwa terdapat 450 juta orang yang memiliki mental tidak sehat. Depresi dan kecemasan menjadi dua faktor pendorong utama kondisi ini. Indonesia sendiri menunjukkan bahwa terdapat 9 juta (3,7%) orang yang mengalami depresi, sedangkan 8 juta (3,3%) orang mengalami kecemasan.

      Indonesia sendiri melalui laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa gangguan mental dalam kurun waktu tiga dekade terakhir (1990-2017) mengalami peningkatan. Laporan Pusat Data dan Informasi tahun 2018 itu juga menunjukkan bahwa gangguan depresi menjadi peringkat pertama yang terjadi sejak remaja (15-24 tahun) dan terus meningkat seiring peningkatan usia.

      Kesehatan mental yang terganggu juga berdampak pada berbagai aspek dalam kehidupan, terutama pada kondisi pandemi seperti sekarang ini. Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Pekerjaan Sosial pada tahun 2020 menunjukkan bahwa ketakutan dan kecemasan, bosan dan stres, penyalahgunaan obat-obatan, dan alkohol, serta gangguan psikosomatis menjadi permasalahan kesehatan mental selama pandemi.

      Dampak lain dari kesehatan mental yang buruk secara jangka panjang dapat membahayakan individu. Samsara dalam bukunya Mengenal Kesehatan Jiwa tahun 2020 mengungkap bahwa individu yang mengalami kesehatan mental yang kurang baik dapat menyebabkan gangguan tidur, sehingga daya tahan tubuh akan menurun, dan rentan terhadap penyakit serta gangguan fokus.

      Kesehatan mental yang buruk dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental adalah kondisi keuangan.


Masalah Literasi Keuangan

      Uang dan kesehatan mental merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Furnham dalam bukunya The New Psychology of Money yang dirilis tahun 2014 mengemukakan bahwa uang dan kebahagiaan atau kesejahteraan memiliki keterkaitan, sehingga uang memiliki pengaruh terhadap kondisi kesehatan mental yang baik.

      Penelitian yang dilakukan Carter yang dipublikasikan dalam The Psychological Science of Money tahun 2014 menemukan bahwa individu yang membelanjakan uangnya untuk berbagi, seperti berbagi makanan akan meningkatkan kebahagiaan. Sehingga, individu yang mengeluarkan uang untuk kegiatan sosial secara tidak langsung akan memengaruhi kesehatan mental.

      Penelitian yang dilakukan Nadzir dan Ingarianti yang dipublikasikan pada Seminar Psikologi dan Kemanusiaan pada tahun 2015 menemukan bahwa individu dengan pola hidup yang hedonis akan menyebabkan stres, sehingga akan menurunkan kondisi mentalnya.

      Temuan diatas menunjukkan kepada kita tentang betapa pentingnya pengetahuan tentang uang, terutama dalam mengelolanya. Namun, hasil riset OCBC NISP Financial Fitness Index pada generasi muda (Gen Z dan Milenial) menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah, yaitu pada 37 dari 100. Angka tersebut jauh dari Singapura, yaitu 61.

      Pada laporan yang dilansir dari Investor.Id tersebut menunjukkan bahwa 46% percaya memiliki perencanaan finansial yang baik, faktanya hanya 16% yang memiliki dana darurat. 86% melaporkan telah menyisihkan uang secara rutin untuk ditabung, faktanya 43% masih meminjam uang, baik dari keluarga maupun teman.

      Inggit Primadevi, Director Customized Intelligence NielsenIQ Indonesia pada laporan yang dirilis tahun 2021 tersebut juga menyatakan bahwa cara meningkatkan kesehatan finansial generasi muda diantaranya dengan membuat alokasi anggaran, membuat catatan pengeluaran, konsultasi dengan financial planner, dan belajar terkait pengaturan keuangan.

      Artikel yang dirilis oleh K3 Unida Gontor tahun 2021 mengemukakan bahwa mengatur keuangan, melunasi hutang, mengurangi pengeluaran, memelihara pemikiran yang positif, dan istirahat serta tidur yang cukup dapat mengurangi masalah gangguan mental yang disebabkan oleh keuangan yang buruk.

      Melihat kembali tema hari kesehatan mental yang mengangkat ‘Mental Health in an Unequal World’ menitikberatkan pada kesetaraan. Akses terhadap pelayanan kesehatan mental menjadi isu yang kian menguat pada beberapa tahun terakhir. ‘Yang Kaya’ akan sangat mudah mengaksesnya, namun tidak untuk ‘Yang Miskin’. Gap antara ‘Yang Kaya’ dan ‘Yang Miskin’ kian meningkat, beberapa ahli telah mengungkap bahwa fenomena tersebut dapat disebabkan oleh literasi keuangan yang rendah.

Sehubungan dengan hari kesehatan mental sedunia maka penulis mengajak kita semua untuk lebih menaruh perhatian terhadap uang, terutama dalam mengelolanya, hingga kalimat pertama dalam tulisan ini akan terwujud, dan pemahaman tentang literasi keuangan serta kesehatan mental akan meningkat. Pada akhirnya pilihannya hanya satu, antara Uang Yang Mengatur Kita atau Kita Yang Mengatur Uang?

Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia!

Posting Komentar