Ilustrasi Sastra "Kak, Saya Izin Offcam".
Sumber: Pinterest

"Kak, saya izin offcam,suaranya putus-putus kalau oncam, kak," kata seorang mahasiswa baru melalui kolom chat aplikasi video conference

Yap! Sekarang sedang berlangsung pengkaderan untuk mahasiswa baru. Sayangnya, dengan jumlah lebih dari 600 mahasiswa dan situasi yang masih pandemi, pengkaderan diputuskan untuk dilaksanakan secara daring. 

"Atas nama, Riana Iskandar kelompok 23," ujar seorang panitia mengingatkan nama dan kelompok peserta yang izin tadi. 

"Sip, sudah dicatat," kata panitia lainnya. 

Sepertinya mereka berdua yang bertugas mencatat aktivitas peserta selama agenda berlangsung. 

Pernahkah kamu bayangkan betapa chaos dan strugglenya mengawasi 600 lebih peserta melalui layar persegi empat yang menampilkan kotak-kotak kecil berisikan wajah mereka dan kamu harus mengawasinya terus-menerus. 

"Halah! Lebih sulit kegiatan outdoor! Kegiatan lewat aplikasi gini mah gampang! Peserta bebas izin, bebas matiin kamera, kan tinggal cari alasan aja," ujar lelaki yang berperawakan dewasa namun amburadul, seakan hidupnya tak terurus. 

Sebenarnya wajar saja dia berkata begitu, karena dia bukan panitia, karena dia tidak punya hak untuk memutuskan, karena ia tidak tahu risikonya. 

Coba sekarang, balik situasinya. Pengkaderan luring dengan jumlah peserta sebanyak itu, aman atau tidak? Ruangan untuk memuat kapasitas peserta sebanyak itu, ada atau tidak? Sekalipun ada, protokol kesehatan dilaksanakan atau tidak? Kesehatan, keselamatan, keberlangsungan hidup peserta aman atau tidak? Siap bertanggungjawab? Siap? Sungguh? Coba sekarang, pastikan semua pertanyaan itu terjawab dan buktikan sekarang juga. 

Kamu mungkin akan bilang, "aman lah!" dengan santainya. Karena kamu bukan panitia. Karena kamu tidak bertanggungjawab atas kegiatan, tapi coba bayangkan; 600 peserta berada dalam satu lokasi, semua protokol kesehatan telah dilakukan, dari menjaga jaga jarak hingga mengurangi kerumuman telah diupayakan, meskipun memang jumlah 600 orang tetaplah kerumuman. 

Tapi coba bayangkan, diantara 600 peserta itu ada yang positif, ada yang tertular, dan sisanya mungkin aman-aman saja tapi ketika pulang, mereka membawa 'oleh-oleh'. Bukan sekadar ilmu dan pengalaman saja yang dibawa pulang, tetapi juga penyakit.

Kabar baik kalau ia tinggal sendirian, kalau bersama kelompok usia rentan, bagaimana? Masa iya, balik dari kegiatan bawa bingkisan cluster pengkaderan. 

"Kak, izin ke toilet," tulis seorang peserta secara privat ke panitia di kolom komentar. 

"Iya dek, silakan, segera kembali ya," balas panitia yang dikirimi pesan. 

Sudah, hargai yang telah diupayakan, maksimalkan yang telah diusahakan, lebih baik begini daripada tidak sama sekali. 

"Kak, saya izin sebentar, mau menerbitkan cerpen ini. Semoga tidak ada yang tersinggung apalagi protes sana-sini," ucapku pada pembaca. 


-Mr. Bam

Posting Komentar