Ilustrasi Lucifer Effect.
Sumber: Pinterest

Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kematian seorang mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo setelah mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Resimen Mahasiswa (Menwa). Kasus kematian ini mencuat setelah keluarga korban melaporkan kematian Gilang kepada berwenang untuk diautopsi atas kasus kematian tak wajar. Setelah diselidiki, disimpulkan jika Gilang meninggal dunia karena pukulan benda tumpul di kepalanya. Hal ini berlawanan dengan narasi panitia Menwa yang menyatakan jika Gilang meninggal setelah tidak sadarkan diri setelah mengikuti kegiatan.

Setelah kasus Gilang booming di jagat media, sebuah utas Twitter muncul untuk mnceritakan kembali pengalaman sama dari tahun 2013 di kampus yang sama. Dalam utas tersebut, dijelaskan jika kematian Gilang bukanlah merupakan kematian pertama mahasiswa UNS yang mengikuti Diklatsar Menwa Korps Mahasiswa Siaga (KMS) Batalion 906 Jagal Abilawa milik UNS. Namun, kasus kematian ini, tidak dibahas lanjut dan mendapat perhatian karena pihak keluarga yang telah mengikhlaskan dan pihak kampus yang meminta agar masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan. Tindak kekerasan yang dilakukan para mahasiswa ini memunculkan suatu fenomena menarik yang kita kenal dengan sebutan lucifer effect

Lucifer effect merupakan suatu istilah yang diciptakan oleh Zimbardo yang menjelaskan jika orang-orang yang awalnya memiliki kepribadian baik dapat berubah menjadi jahat. Lucifer effect sesuai dengan sifat Iblis yang dulunya merupakan malaikat favorit Tuhan yang kemudian dikutuk setelah tindakan tidak patuhnya akan perintah Tuhan. Lucifer effect merupakan penjelasan proses psikologis yang terjadi pada individu biasa bahkan tergolong berperilaku baik mulai berbuat perilaku kejam dan dianggap tidak bermoral.  

Dari sejarah, lucifer effect muncul setelah Zimbardo melakukan eksperimen Penjara Stanford pada tahun 1971. Eksperimen ini melibatkan 18 mahasiswa yang kemudian dibagi untuk mengambil peran sebagai "penjaga" atau "tahanan" dan melaukan roleplay layaknya penjara di bawah Universitas Stanford selama dua minggu. Mahasiswa yang mengambil peran sebagai penjaga segera mulai menjalankan peran mereka dengan memperlakukan "tahanan" dengan kasar dan menggunakan taktik kejam untuk menanamkan kepatuhan.

Dalam lucifer effect ini, sejumlah fenomena psikologis yang cukup berkaitan adalah teori konformitas dari Solomon Asch yang menjelaskan jika tekanan dari lingkungan dan anggota kelompok tertentu dapat mendorong kita untuk melakukan perilaku yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai kita dengan tujuan agar diterima. Teori selanjutnya adalah kepatuhan dari Stanley Milgram yang menjelaskan jika kelompok hierarki tertentu mampu melakukan kekerasan karena mereka dibenarkan dan diperintahkan oleh orang dengan jabatan hierarki lebih tinggi.

Zimbardo menjelaskan jika dalam lucifer effect terjadi proses dehumanisasi yang tidak bisa dihindari. Faktor situasional, dinamika sosial dari konteks tertentu dan tekanan psikologis dapat menyebabkan kejahatan muncul dalam diri kita. Hampir sama dengan kasus yang diceritakan diawal, dalam Dikltasar Menwa pasti terdapat senior yang akan menjalankan tuntutan peran yang sama dengan para sipir dalam eksperimen Zimbardo. Dan sesuai teori yang berkaitan, para senior ini memiliki keleluasan untuk melakukan apa saja karena memiliki otoritas atas hierarki jabatan “senior” yang dimiliki.

Junior atau para peserta Diklatsar mau tidak mau juga mendapatkan peran yang sama dengan para tahanan dalam eksperimen Zimbardo. Mereka harus tunduk, patuh dan bila hal tersebut tidak terjadi, maka mereka bisa mendapatkan hukuman tertentu dari "otoritas” diatas mereka yaitu para senior. Mungkin itulah kenapa, para panitia atau senior di perpeloncoan atau kegiatan seperti Diklatsar tersebut kerap berubah menjadi orang yang keji, tidak manusiawi, dan sebagainya. Meski di hari-hari sebelumnya, mereka adalah orang yang ramah dan baik hati. Hal itu terjadi karena lucifer effect yang mengubah mereka, meski hanya dalam waktu yang singkat. (EHRE)


Referensi

Zimbardo, P. G. ( 2008 ). The Lucifer Effect: Understanding how good people turn evil. New York, NY: Random House.

Daniel, J. C. (2012). The Encyclopedia of Peace Psychology. Malden, MA: The Blackwell Publishing.

Wargo, E. (1 Agustus 2006). Bad Apples or Bad Barrels? Zimbardo on ‘The Lucifer Effect’. Retrieved from https://www.psychologicalscience.org/observer/bad-apples-or-bad-barrels-zimbardo-on-the-lucifer-effect 

Pojok Seni (18 April 2020). Plonco Alias Ospek, Lucifer Effect yang Ubah Orang Baik Jadi Keji. Retrieved from https://www.pojokseni.com/2020/04/plonco-alias-ospek-lucifer-effect-yang.html

Posting Komentar