Pamflet Coming Soon Psychocamp 2022.
Sumber: Dok. Panitia

Psikogenesis, Selasa (02/08)- Kementerian Pendidikan dan Pelatihan (Kemendiklat) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) menanggapi kekhawatiran orang tua calon peserta Psychocamp 2022 terkait isu kekerasan dalam pengkaderan yang terjadi di salah satu universitas swasta kota Makassar. Kemendiklat bersama panitia menjamin keamanan dan keselamatan peserta hingga pelaksanaan pada pekan ketiga bulan Agustus (19-21/08) nanti.

Siti Hajar Auliannisa, selaku Menteri Pendidikan dan Pelatihan (Mendiklat) BEM Kema FPsi UNM menyatakan bahwa kegiatan Psychocamp akan dijamin bebas dari perpeloncoan dan kekerasan fisik maupun mental. Mewakili BEM, keamanan dan keselamatan peserta juga akan dijamin dan dipertanggungjawabkan.

"Kita menjamin bahwa kegiatan ini (baca: Psychocamp) bebas dari indikasi-indikasi kepeloncoan, tidak ada kekerasan fisik maupun mental, prioritas utama kita dalam Psychocamp itu keamanan dan keselamatan peserta. Jadi apapun yang terjadi kepada peserta itu ada dibawah tanggung jawab panitia, Diklat, dan BEM," nyatanya.

Mahasiswi dengan sapaan akrab Aul berikut menambahkan bahwa segala rangkaian pelaksanaan telah diketahui dan direspon positif oleh Wakil Dekan (WD) III. Pihak fakultas melalui WD III menyampaikan pesan kepada pelaksana untuk memastikan kegiatan nantinya bersih dari perpeloncoan.

"Dari WD III kita sudah berkali-kali koordinasi, dan tanggapan beliau sejauh ini positif. Pesan beliau untuk kami itu penting untuk memastikan kegiatan kita betul-betul bersih dari perpeloncoan. Memang sejauh ini semua kegiatan BEM selalu diawasi oleh Fakultas, jadi kalaupun ada sesuatu yang ada diluar kendali, itu pasti langsung dilaporkan dan dikomunikasikan," tambahnya.

Meyakinkan kekhawatiran orang tua peserta, Kemendiklat bersama panitia telah merancang beberapa langkah keamanan dan keselamatan, diantaranya melakukan cek lokasi dan memfasilitasi orang tua untuk dapat memantau pelaksanaan kegiatan.

"Lokasi di sana itu kita sudah cek lokasi kemarin, sudah diminimalisir tempat-tempat yang bisa men-trigger (baca: memicu) peserta yang punya penyakit tertentu. Orang tua juga nanti bisa mengunjungi pada saat pelaksanaan kegiatan, tapi dalam waktu-waktu tertentu. Bisa juga lakukan komunikasi ke panitia, kita akan selalu siap kalau memang dibutuhkan, jadi kalau orang tua khawatir terkait kondisi anaknya, panitia bisa di-contact (baca: dihubungi)," urainya.

Berpesan kepada orang tua calon peserta, Kemendiklat mewakili BEM dan panitia akan memastikan bahwa calon peserta akan diperlakukan sebagaimana pengembangan diri, pengembangan softskill (baca: keterampilan), dan mempererat tali silaturahmi.

"Pesan untuk orang tua calon peserta, kami dari Kemendiklat yang mewakili BEM dan panitia memastikan bahwa calon peserta betul-betul diberikan intervensi dan di-treat (baca: diperlakukan) bukan untuk merusak fisik atau mentalnya, melainkan kita fokus untuk pengembangan diri mereka, karena kan tujuan dari Psychocamp adalah pengembangan softskill dan mempererat tali silaturahmi. Jadi bisa dipastikan kegiatannya ini sifatnya fun (baca: menyenangkan), tidak ada tekanan, dan bisa meningkatkan diri peserta," pesannya.

Akhir kata, Aul mengaku bahwa Diklat dan panitia telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kesan positif bagi peserta, mewujudkan salah satu tujuan digelarnya Psychocamp, sebagai kegiatan yang bisa menyatukan peserta dan membuat cerita tak terlupakan.

"Panitia dan Diklat berusaha semaksimal mungkin supaya kegiatan ini bisa memberikan kesan yang positif untuk peserta. Karena selama ini kegiatan mereka kan online (baca: daring), kita dari Diklat dan panitia berusaha untuk memberikan kesan bahwa ada kegiatan yang bisa menyatukan mereka satu angkatan dan bisa membekas menjadi cerita saat mereka lepas dari status mahasiswa baru," tutupnya. (AR)

Posting Komentar