Ilustrasi Psikologika 'Bissu: Non-Biner Asal Bugis'. 
Sumber: Dok. Google

Teman-teman pasti sudah sering dengar tentang istilah non-biner yang sedang tren akhir-akhir ini bukan?

Tapi, kamu sendiri tahu tidak apa yang dimaksud dengan istilah non-biner

Jadi, non-biner merupakan suatu istilah yang digunakan oleh beberapa orang yang tidak ingin dikategorikan sebagai perempuan maupun laki-laki. Mereka cenderung memiliki identitas gender (jenis kelamin) yang berbeda dengan jenis kelamin yang dimiliki.

Tahukah kamu bahwa non-biner ini telah ada di Sulawesi Selatan sejak zaman dahulu?

Bertahun-tahun yang lalu, masyarakat Bugis sudah tidak asing lagi dengan istilah 'Bissu', berdasarkan kepercayaan masyarakat Bugis kuno (Attoriolong), mereka memiliki jumlah gender berbeda dengan umumnya di Indonesia (gender biner), gender-gender yang dipercayai oleh masyarakat Bugis kuno yaitu oroane sebagai pria, makkunrai sebagai wanita, calalai sebagai priawan, calabai sebagai waria dan Bissu sebagai androgini atau interseks yang menjadi pemuka agama (kompasiana.com). 

Bissu menurut kepercayaan masyarakat Bugis kuno merupakan tokoh spiritual yang dianggap sakral oleh masyarakat di Sulawesi Selatan sejak zaman kerajaan. Bissu dianggap sebagai sosok yang suci serta dapat menghubungkan manusia dengan dewa. Bissu dalam budaya Bugis kuno dipercaya sebagai manusia suci yang merepresentasikan 5 gender yang diakui dalam masyarakat Bugis.

Apa yang membuat Bissu ini menjadi sosok yang sangat spesial dan dijaga dikalangan masyarakat Bugis kuno? Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Petsy Jessy Ismoyo, peneliti dari Indonesian Consortium for Religious Studies mengenai pergeseran makna Bissu sebagai gender dalam Suku Bugis yang dikutip dari nationalgeographic.com, bagi masyarakat Bugis kuno, Bissu bukanlah hanya sekedar manusia yang mengubah gender, namun memiliki makna spiritual yang sangat tinggi. 

Istilah Bissu ini berasal dari kata ’bessi’ yang memiliki arti tidak berdarah, suci, tidak menstruasi, serta tidak menyusui. Jessy juga mengungkapkan bahwa, Bissu juga tidak melakukan hubungan seksual serta mereka mampu untuk mengontrol hasrat seksualnya. Selain itu, untuk menjadi Bissu, seseorang harus mampu melalui persyaratan dan tradisi ritual yang telah ditetapkan.

Namun, beberapa tahun telah berlalu, zaman mulai berubah dan berganti, peran Bissu mulai tidak diperlukan dan bahkan diasingkan. Dikutip dari sulsel.idntimes.com dan detik.com, hal ini dibuktikan dengan tragedi pembantaian kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Pemberontakan yang dilakukan di Sulawesi Selatan membuat keberadaan Bissu terancam dan pada akhirnya Bissu secara mau tidak mau perlu untuk menentukan gender-nya demi bertahan hidup. 

Tidak hanya pemberontakan DI/TII, terdapat pemberontakan lain yang membuat keberadaan Bissu semakin menghilang pada Orde Baru seperti operasi toba (operasi taubat) pada tahun 1965. Pada saat itu, Kahar Muzakkar ingin menghapuskan keberadaan Bissu dikarenakan tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dan ingin melakukan revolusi Islam dengan cara menghilangkan segala hal yang dilarang oleh agama Islam. 

Hingga saat ini, keberadaan dari Bissu semakin tidak diketahui dan semakin sedikit dikarenakan perkembangan zaman dan agama. (AAA)


Referensi:

Tri Wahyu Prasetyo (2022). “Bissu: Kearifan Bugis Terbungkam, Kini Mendekam dalam Liminalitas”, https://nationalgeographic.grid.id/read/133208676/bissu-kearifan-bugis-terbungkam-kini-mendekam-dalam-liminalitas. Diakses pada 28 Agustus 2022.

Andi Nur Isman (2022). “Mengenal Bissu, Tokoh Spiritual Bugis yang Sakral Sejak Zaman Kerajaan”, https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6005462/mengenal-bissu-tokoh-spiritual-bugis-yang-sakral-sejak-zaman-kerajaan. Diakses pada 28 Agustus 2022.

Rizki Amaliya (2022). “Bissu dan Empat Gender dalam Suku Bugis”, https://www.kompasiana.com/rizkiamaliya2437/6209fd091e0cba6e312fb712/bissu-dan-empat-gender-dalam-suku-bugis?page=2&page_images=1. Diakses pada 28 Agustus 2022.

Irwan Idris (2020). “Memotret Sunyi Bissu Bugis di Sulawesi Selatan”, https://sulsel.idntimes.com/life/education/irwan-idris-1/memotret-sunyi-bissu-bugis-di-sulawesi-selatan. Diakses pada 28 Agustus 2022.

Posting Komentar