Suasana Perkuliahan Hybrid Prodi Psikologi Kampus V dan Kelas Makassar.
Sumber: Dok. Pribadi


Psikogenesis, Kamis (01/09)- Mahasiswa Program Studi (Prodi) Psikologi Kampus V Universitas Negeri Makassar (UNM) keluhkan pelaksanaan metode pembelajaran daring sebagai solusi sementara perkuliahan yang telah berjalan sejak Selasa (30/08) lalu.

Nurul Firqotun Najiyah selaku Ketua Tingkat kelas Parepare angkatan 2021 Fakultas Psikologi (FPsi) UNM mengungkapkan bahwa proses perkuliahan kelas Parepare berjalan tidak efektif dan nampak seperti formalitas saja.

“Ini hari kedua perkuliahan untuk angkatan 2021 kelas Parepare, dari kemarin pembelajaran sampai hari ini berjalan tidak efektif dan terlihat seperti formalitas saja, kami hanya masuk di zoom (baca: dalam jaringan), screenshoot (baca: menangkap layar) kehadiran, sudah selesai. Mau menyimak materi tapi fasilitas tidak memadai, selalu terkendala dengan penjelasan Dosen. Jadi kami serasa tidak kuliah,” ungkapnya.

Mahasiswa yang kerap disapa Firka ini juga menjelaskan bahwa proses perkuliahan berjalan dengan metode hybrid (campur) dimana mahasiswa Parepare berjalan secara daring dan mahasiswa kelas Makassar berjalan luring. 

“Kuliahnya bersamaan dengan teman-teman kelas Makassar, tapi mereka secara offline (baca: luring), kitanya (baca: mahasiswa Parepare) yang online (baca: daring). Selama proses pembelajaran berlangsung ada saja problem (baca: masalah), mau jaringan dari pihak fakultas kurang bagus, suara Dosen yang tidak terdengar jelas, itu paling fatal, saat menjelaskan Dosen tidak terdengar suaranya dengan jelas, bahkan samar-samar,” jelasnya.

Berdasarkan masalah yang dialami, Firka menegaskan bahwa mahasiswa kelas Parepare merasa pembelajaran yang mereka terima berbeda dengan mahasiswa Makassar.

“Sudah dapat online terus terima pembelajarannyapun seperti formalitas saja, kita dipaksa memahami tanpa penjelasan yang tentunya berbeda dari teman-teman kelas Makassar dapatkan. Bukannya tidak bersyukur, kalau begini namanya sudah bukan masalah tapi jatuhnya musibah,” tegasnya.

Firka merasa bahwa perlakuan yang diberikan oleh pihak fakultas sangat merugikan dan diperlakukan layaknya tidak dipedulikan di FPsi.

“Jujur saya tidak tahu bagaimana lagi cara menyampaikan apa yang saya rasa terkait problem-problem ini. Di anak-tirikan, kami diasumsikan bahwa anak Pare diperlakukan istimewa? Nuntut hak kita saja selalu di judge (baca: dihakimi) tidak bersyukur, lucu tapi ini real-nya (baca: faktanya). Bayangkan betapa ruginya kami online tanpa jaminan kapan offline, bukannya kita semua sama? Kenapa harus di beda-bedakan,” ujarnya. 

Sejalan dengan pendapat Firka, Nurul Hidayahni Amin selaku mahasiswa Prodi Psikologi Kampus V juga mengungkapkan bahwa proses perkuliahan berjalan dengan tidak efektif.

"Kalau saya pribadi kurang efektif, kami yang via (baca: melalui) online seperti hanya menonton orang yang sedang kuliah, dikarenakan device (baca: perangkat) dari sana yang kurang baik, suara tidak kedengaran dengan jelas, dan banyaknya gangguan suara yang masuk. Pembelajarannya juga hanya difokusi pada mahasiswa yang offline, kami yang online bisa dikatakan tidak dipedulikan,” ungkapnya.

Mengenai yang dirasakan mahasiswa menjalankan metode perkuliahan yang dilaksanakan oleh FPsi, Nurul merasa pihak fakultas tidak menjalankan kewajiban dengan maksimal.

“Kalau ditanya perasaan mungkin seperti tidak bisa diungkapkan. Karena dilihat dari kesiapan universitas membuka kelas Psikologi Kampus V UNM, bisa dikatakan tidak siap. Dikarenakan hal yang seperti ini, kami sudah melakukan kewajiban kami untuk membayar UKT (baca: Uang Kuliah Tunggal), sedangkan hak kami untuk belajar hanya diberikan secara online dan sangat tidak efektif,” ujarnya.

Lanjutnya, Nurul berharap bahwa proses pembelajaran kedepannya diganti dengan metode baru yang lebih efektif dikarenakan banyaknya kendala yang dihadapi dengan metode yang saat ini.

“Kalau semisal proses pembelajaran kedepannya masih diberikan secara online, saya berharap untuk metodenya diganti saja seperti metode daring pada umumnya, satu Dosen mengajar dalam satu kelas secara langsung via zoom atau apapun itu, karena kalau prosesnya masih seperti hari ini, kami kelas Pare sama sekali tidak paham mengenai materi, dikarenakan banyaknya kendala. Tapi kami lebih berharap untuk kelas Parepare agar proses pembelajarannya dilakukan secara offline,” harapnya.

Terakhir, Nurul memberikan tanggapan mengenai keputusan Dekan bahwasanya akan ada pengangkatan beberapa Dosen untuk ditempatkan di Prodi Psikologi Kampus V FPsi UNM, Nurul menanggapi bahwa keputusan tersebut sudah baik, namun belum ada titik terang terlaksananya.

“Dari saya pribadi, pengangkatan Dosen luar biasa itu sudah sangat baik untuk menjadi solusi agar Dosen yang stay (baca: menetap) di Makassar tidak harus pulang balik ke Parepare lagi, tapi kalau dilihat dari tanggal pastinya belum ada titik terang, karena hal ini masih menjadi bahan solusi,” tutupnya. (AAA)

Posting Komentar