Ilustrasi Psikologika "Feeling Wanita Kuat? Handal dalam Mendeteksi Kebohongan".
Sumber: Pinterest

Siapa yang lebih banyak berbohong? Pria atau wanita?

Jika yang ditanyai adalah wanita, maka sebagian besar akan menjawab dengan tegas dan antusias “pria banyak berbohong!” Berbeda halnya jika yang ditanya adalah pria, mereka akan cenderung memiliki keraguan untuk menjawab “wanita”, bahkan mungkin saja mereka malah mengaku bahwa merekalah yang banyak berbohong. Tapi faktanya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita, mereka melakukan kebohongan dalam jumlah yang sama, hanya saja alasan untuk berbohong yang menjadi garis pembedanya (Hutahaean, dkk., 2007).

Wanita berbohong dengan alasan untuk menjaga perasaan dan hubungannya dengan orang lain. Sedangkan pria berbohong karena alasan untuk menghindari konflik terhadap orang terdekatnya (Putra, dkk., 2009). Di lingkungan sekitar kita, pria terlihat 'lebih banyak berbohong'. Mengapa demikian? Alasannya karena mereka lebih mudah ketahuan ketika berbohong. Hal tersebut juga disebabkan karena adanya kemampuan alami yang dimiliki oleh wanita untuk melihat tanda-tanda 'sesuatu yang salah' dalam setiap komunikasi dengan orang lain.

Hutahaean, dkk. (2007) mengungkapkan sebagian besar pria mengakui bahwa cukup sulit untuk berbohong kepada wanita secara langsung. Hal ini dikarenakan wanita yang sering kali menayakan pertanyaan tidak terduga atau 'pertanyaan jebakan' dan bisa membuat pria merasa bersalah dengan apa yang dikatakannya.

Lalu sebenarnya apa yang membuat wanita handal dalam melihat kebohongan?

Allan dan Berbara (2016) dalam bukunya yang berjudul “Why Men Lie and Women Cry” mengungkapkan perbedaan aktivitas otak pada pria dan wanita secara genetik yang mempengaruhi prinsip komunikasi mereka. Hasil scan otak menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) mengungkapkan rata-rata wanita memiliki antara 14 hingga 16 zona aktif di kedua belahan otaknya ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain secara langsung. Secara alami wanita memiliki kepekaan yang tinggi. Zona aktif dari otak wanita tersebut digunakan untuk memahami kata-kata, perubahan nada suara dan juga bahasa tubuh, dan hal tersebut seringkali kita sebut sebagai naluri seorang wanita.  

Nah dari kemampuan tersebut wanita mampu membatasi diri dari orang asing yang ditemuinya dan juga untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya ketika menjadi seorang ibu. Seperti kemampuan untuk melihat atau membaca perbedaan antara rasa sakit, takut, lapar, luka, sedih, dan bahagia pada anaknya (Antonius, 2020). Sedangkan seorang pria melalui hasil scan MRI hanya memiliki 4 hingga 7 lokasi ketika berkomunikasi, hal tersebut dikarenakan otak pria yang secara genetik lebih spasial atau terbiasa dengan aktivitas teknis (Pease, A., dkk. 2016). 

Otak wanita secara alami memiliki kemampuan multitasking, dan hal inilah yang memungkinkan mereka untuk mendengarkan kalimat, memahami kata per kata, membedakan nada bicara, mampu memahami bahasa tubuh dan banyak hal lain secara bersamaan (Antonius, 2020). Ungkapan "feeling wanita itu kuat” bukan hanya ungkapan semata. Maka pria, lebih berhati-hatilah. (020)

Referensi:

Antonius, D. (2020) GESTURE : The Secret Of Body Language & Fasial Expression. PsikologiId.

Hutahaean, E. S. H. (2007). Kecenderungan Berbohong, Sasaran Kebohongan dan Perbedaannya berdasarkan Jenis Kelamin. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil), 21-22.

Pease, A., & Pease, B. (2016). Why Men Lie & Women Cry: How to get what you want from life by asking. Hachette UK.

Putra, D. E. (2009). Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh. Mizan-Kaifa.

Posting Komentar