Webinar Dyslexia pada Anak Pra Sekolah dan Sekolah Dasar oleh Mahasiswa KKP FPsi UNM pada Sabtu (22/20).
Sumber: Dok. Pribadi

Mahasiswa Kuliah Kerja Profesi (KKP) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) mengadakan kegiatan webinar untuk masyarakat umum pada Sabtu (22/10) lalu dalam rangka perayaan World Dyslexia Month dan sebagai bentuk pengabdian mahasiswa terhadap pengidap disleksia. 

Kegiatan webinar ini diselenggarakan secara daring dengan menggunakan platform zoom dan dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, Ibu Rumah Tangga (IRT), guru, psikolog, dosen, dan juga dokter. Kegiatan webinar ini membawa tema besar World Dyslexia Month dengan judul spesifik "Dyslexia pada Anak Pra Sekolah dan Sekolah Dasar" yang berisikan kegiatan pengenalan disleksia, sharing session, dan sesi tanya jawab. Acara ini dibawakan oleh Haerani Nur selaku Dosen FPsi UNM, dan Paras Putri Ramadhani yang merupakan Psikolog Neurodevelopmental and Behavioral di Pediatric Center Makassar.

Wilda Ansar, selaku Dosen Pembimbing kelompok KKP merasa program ini sangat bermanfaat bagi orang tua dan guru dalam menepis stereotype terhadap anak disleksia.

Sharing session terkait disleksia sangat berguna, utamanya untuk para orang tua dan guru, sebab masih banyak orang tua yang masih awam dengan istilah ini. Terkadang orang tua atau masyarakat malah memberikan label buruk dengan menyebut anak bodoh, sehingga edukasi terkait berbagai hambatan pada anak sangat perlu untuk disampaikan kepada masyakarat," ungkapnya.

Andrea Pasunda, salah satu mahasiswa KKP penyelenggara kegiatan mengungkapkan rasa syukur dan kepuasannya terhadap terselenggaranya acara webinar dengan lancar dan penuh antusias dari peserta.

“Saya sangat puas dengan adanya kegiatan webinar ini, antusiasme peserta yang terdiri dari berbagai latar belakang ini termanifestasikan melalui beragamnya sudut pandang pertanyaan yang kami dapat selama proses diskusi materi dan sharing session. Kedepannya saya harap masyarakat bisa melepas label bodoh pada anak yang memiliki ciri nampak disleksia,” ungkapnya.

WP, IRT yang merupakan salah satu peserta webinar mengutarakan kesenangannya dan rasa syukurnya terkait penjelasan pada masalah labeling pada anak disleksia.

“Webinar ini sangat membuka wawasan saya terkait keberadaan anak dengan gangguan spesifik, dan bisa jadi anak saya yang mengalami keterlambatan membaca dibanding temannya juga mengalami kesulitan belajar disleksia. Webinar ini membuat saya menjadi lebih terbuka dan tidak cepat mengatakan anak bodoh," akunya.

Akhir kata, Anita Ramadhani, mahasiswa KKP yang menjadi panitia webinar mengungkapkan harapan agar dengan terlaksananya webinar ini mampu memberikan informasi yang lebih spesifik, agar masyarakat tidak men-judge anak dengan gangguan disleksia.

“Webinar ini diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih jelas kepada masyarakat, bukan hanya sekedar men-judge anak-anak disleksia itu bodoh atau memiliki intelektual yang rendah. Karena disleksia adalah gangguan belajar spesifik yang ditandai dengan IQ (baca: Intelligence Quotient) yang normal atau bahkan diatas rata-rata, namun kesulitan dalam melakukan instruksi atau kegiatan tertentu,” tutupnya.

Posting Komentar