Ilustrasi Sastra "Sapa".
Sumber: Dok. Pribadi

Pernah ada rasa yang kurasa jarang dirasa-rasa, sebuah rasa yang biasanya kudapat di keluarga dan kadang direnggut oleh keluarga. "Nyaman" batinku dalam lamunan pada mereka yang sekadar teman namun memberi aman. Entah mereka akan selalu hadir mendampingi ataukah pergi tanpa basa-basi. 

Tiap mereka hadir ataupun pergi, kesenangan dan kesedihan bagai berteman menemani.
Kenangan akan selalu menjadi kenangan, pandangan masa depan kini hanya menjadi harapan yang tak pernah terwujudkan.
Dulu kita sering bercanda, "sebuah rencana yang disusun lama pada akhirnya menjadi wacana". Sebuah tawa mengiringi kata-kata yang tak pernah kupikir akan menjadi nyata.
Tak pernah kupikir kau akan menjadikan ini wacana selamanya. Canda yang dulu kita ulas dengan tawa kini menjadi nyata dengan tangis tak bersuara. Sekali lagi kutuliskan pesan untukmu, manusia yang hanya berencana.
Sesungguhnya Yang Maha Kuasa lebih berencana dibanding kita manusia. Panggilan dari-Nya sungguh tak sebanding dari foya-foya dunia.
Banyak harap kau melihatku di alam sana, sembari tertawa melihatku merana selayaknya seorang sahabat pada sahabat lainnya.
Banyak harap kau melihatku di alam sana, tersenyum, melambaikan tangan seperti biasa seraya berkata "aku duluan yah".

-Sulfur

Posting Komentar