Ilustrasi Sastra "Dear Ayah".
Sumber: PinterestAwan hitam menyelimuti langit kota perantauan ku
Suara kendaraan yang ramai lalu lalang kini mulai menghilang, menyisakan sepi nan senduh.
Yah, terlalu senduh bagi ku yang tak memiliki kawan untuk bercakap..
Mungkin aku terlalu larut akan rindu ku pada mu, sehingga aku tak menyadari hadirnya orang lain di sekitar ku..
Menit berlalu aku masih hayut dalam menara rindu yang tak berujung,
Hingga Ku amati burung yang terbang kembali ke sarangnya membawa sesuap makanan untuk anaknya..
Aku ingin kau kembali layaknya burung itu, Agar aku dapat memeluk ragamu, berbagi tawa dan keluh kesah.
Tapi apalah daya jika sekarang kau hanya hadir di khayalku, raga mu tak lagi tersentuh, suara dan tawamu kini hanya menjadi bayang-bayang.
-Sanandika-
Posting Komentar
Posting Komentar