Setelah kedatangan Presma Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (Sudirman-Red) ke sekretariat Maperwa Fakultas Psikologi UNM (30/10) yang dianggap tidak memiliki etikat baik. Akhirnya pihak dari BEM F. Psi dan Maperwa F. Psi mengirimkan ultimatum kepada Presma BEM UNM.    
    
        Dikirimnya ultimatum kepada Presma BEM UNM bukan tanpa sebab, kedatangan Presma BEM UNM ke sekretariat Maperwa F. Psi terkait dengan isu yang mengatasnamakan Maperwa F. Psi sebagai penyebar isu pembakaran jas yang terjadi saat aksi sumpah pemuda lalu (28/10). Kedatangan Presma BEM UNM yang bermaksud untuk mengklarifikasi perihal isu tersebut sempat membuat LK Psikologi geram, karena sikap dan perilaku Presma BEM UNM yang dinilai jauh dari etika dan sopan santun.

      Selain itu, ultimatum yang telah dikirimkan kepada Presma BEM UNM tidak mendapatkan respon apa-apa. Hal ini menyebabkan pihak LK Psikologi mengambil tindakan yaitu dengan memasang spanduk yang bertuliskan larangan kepada seluruh anggota BEM UNM dibawah kepemimpinan SUDIRMAN dilarang melintasi area Psikologi, sebagai sanksi moral sekaligus sebagai tindak lanjut ultimatum yang tidak mendapatkan respon.

       Namun, beberapa hari setelah pemasangan spanduk sebagai tanda larangan, ternyata memunculkan beberapa respon buruk. Beberapa staf BEM F. Psi dan beberapa anggota LK F. Psi mengaku menerima ancaman berupa SMS maupun secara langsung yang menginginkan agar spanduk tanda larangan yang terpasang disamping perpustakaan yang menjadi area Fakultas Psikologi agar segera diturunkan.

        Hal ini membuat pihak BEM F. Psi segera mengadakan rapat koordinasi dengan semua LK F. Psi (04/10) untuk menanggapi dan menentukan sikap perihal isu yang beredar. Dari hasil rapat telah diputuskan untuk tetap memasang spanduk tanda larangan sebagai sikap kelanjutan ultimatum.

       “Tadi itu kan ada rapat untuk menindaklanjuti beberapa respon terkait pemasangan spanduk, karena baik di internal maupun eksternal itu ada respon, entah itu respon positif maupun respon negatif. Yang bahaya itu adalah respon negatifnya karena ada beberapa ancaman masuk ke BEM F. Psi terkait dengan pemasangan spanduk. Dari BEM sendiri ada dua orang staf saya yang di SMS untuk segera menurunkan itu spanduk, Karena ada beberapa yang tidak setuju dengan pemasangan spanduk itu. Untuk rapat yang tadi banyak yang diperhitungkan dalam pembicaraan yang panjang. Untuk yang tadi itu teman-teman masih bersepakat untuk masih memasang spanduk itu.” Jelas Laode Irfan selaku Presma BEM F. Psi sesaat setelah diadakannya rapat.

   Hal yang serupa juga diutarakan oleh Ketua Umum Maperwa yang sempat bungkam beberapa waktu lalu mengenai kejadian ya g terjadi di LK F. Psi “spanduk yang kita pasang itu adalah bentuk konsekuensi dari ultimatum kalau tidak dilaksanakan. Spanduk yang berisi tanda larangan itu karena ultimatum tidak diindahkan, etikat baik secara kelembagaan sudah disurati tetapi dia tidak mengindahkan. Jadi kita memasang spanduk. Nah, dari situ, dari rapat yang tadi kita LK Psikologi masih tetap sepakat bahwa tetap ada yang namanya mempertahankan keputusan walaupun kita diancam. ”

       Namun sayang, hasil keputusan dari rapat LK F. Psi untuk tetap memasang spanduk yang berisi larangan itu ternyata tidak bertahan lama. Satu hari setelah rapat diadakan, akhirnya spanduk yang berisi tanda larangan diturunkan atas perintah langsung dari Dekan (05/10). Hal ini disebabkan ada beberapa kekhawatiran terhadap keamanan Fakultas Psikologi terkait dengan isu-isu ancaman yang beredar, sehingga menghasilkan keputusan untuk menurunkan spanduk yang beberapa hari lalu menghiasi dan menjadi pemandangan disamping perpustakaan UNM.

      “Alasan turunnya spanduk itu yang pertama, memang pak Dekan yang minta spanduknya diturunkan dan sempat datang langsung ke sekret mengatakan, bisa diturunkan itu spanduk? Alasannya karena jangan sampai nanti gedung ta di apa-apai karena gedung baru toh. Karena terkait dengan ancaman-ancaman yang ada di Psikologi karena itu spanduk. Selain itu dekat-dekat ini kan mau datang itu tim untuk akreditasi, jangan sampai nanti ada masalah pas mereka datang. Itu bisa mempengaruhi akreditasi. Kemarin juga Presma (Laode-Red) sudah bicara sama seniornya Sudirman, katanya tidak setuju alumni-alumni BEM UNM kalau misalnya begitu bahasanya di spanduk. Karena ini masalah personal sebenarnya, karena ada juga pengurus-pengurus BEM UNM yang tidak tau tentang masalah ini, bahwa pernah ternyata Sudirman seperti ini. Jadi begitu. Maksud dari alumni BEM UNM bolehji pasang spanduk asal diganti itu bahasanya, karena yang bermasalah itu Sudirman.” Jelas Shany selaku anggota Kementrian Sosial dan Politik BEM F. Psi (WM)