Ilustrasi Calon Presiden vs Kotak Kosong di pemilu Kema FPsi UNM.
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Senin (01/03)-Andi Khaerul Imam selaku calon tunggal Presiden Badan Mahasiswa Eksekutif (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang akan melawan kotak kosong mendapat komentar dari demisioner BEM Kema FPsi UNM.

Salah satunya datang dari Muhammad Rhesa. Ia menganggap bahwa pemilu dengan melawan kotak kosong merupakan hal yang buruk karena tidak ada daya kompetisi di antara calon presiden (capres).

"Seandainya dua calon atau lebih tentu kan ada kompetisi visi, misi, (dan) gagasan sehingga pemilih atau warga psikologi itu punya alternatif yang lebih menarik," ungkapnya.

Menurut Rhesa, seharusnya mahasiswa yang merasa mampu untuk mencalonkan diri sebagai Presiden BEM Kema FPsi UNM turut mencalonkan diri.

"Karena kalau kotak kosong, mau dibandingkan bagaimana coba visi, misi, (dan) gagasannya. Di situ letak kekurangannya kotak kosong" tambahnya.

Tidak hanya itu, partisipasi pemilih pun bisa jadi tidak bergairah sebab tidak adanya kompetisi di pemilu. Sehingga kalau sedikit yang memilih, pada akhirnya tingkat inidividu yang menaruh kepercayaannya itu juga rendah.

"Artinya apa? Orang yang akan mengikuti kegiatannya entah sebagai peserta ataupun panitia kedepan juga berpotensi lebih sedikit, sesuai jumlah dukungan masyarakat psikologi," jelasnya.

Mudabbir, demisioner Presiden BEM Kema FPsi UNM, pun turut berkomentar bahwa seharusnya kondisi capres yang akan melawan kotak kosong tidak terjadi karena populasi mahasiswa FPsi UNM terus berkembang. Mahasiswa angkatan 2018 yang harusnya berkompetisi dalam pemilu ini jumlahnya berkisar 300 lebih mahasiswa.

"Tentu menjadi pertanyaan kalau cuma satu calon ji yang muncul, apakah itu menandakan bahwa ada ketidakmaksimalan dalam proses kader yang kita jalani selama ini seperti apa. Tentu ini juga menjadi kritik bersama bagi semua elemen di lembaga Kema FPsi UNM itu sendiri yang di bawahnya ada lembaga pengaderan semua termasuk biro-biro," tuturnya.

Lebih jauh, Mudabbir menyampaikan bahwa harusnya Biro Kegiatan Mahasiswa (BKM) yang ada di Kema FPsi UNM terlibat aktif dalam mendorong potensi kadernya semakin naik jenjang.

"Di BEM kan itu istilahnya naik jenjang. Nah kita tidak melihat itu. Makanya si calon tunggal ini menjadi evaluasi bersama di semua lembaga yang ada. Berarti ada yang tidak maksimal dalam proses pengaderan yang dilakukan selama ini," ungkapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa hal ini bukan persoalan kuantitas kader yang kurang, tapi ini persoalan kualitas.

"Kalau bicara tentang kepemimpinan yang ingin berpartisipasi menjadi pemangku amanah itu yang kurang. Berarti ini bukan persoalan kuantitas tapi ini bicara kualitas," tambahnya.

Hal ini pun sejalan dengan tanggapan Muhammad Wija Hadi Perdana selaku demisioner Presiden BEM Kema FPsi UNM. Ia lebih menyoroti kesiapan kader dalam mengikuti kontestasi pemilihan Presiden BEM di Kema FPsi UNM.

"Bagi saya, kehadiran kotak kosong menjadi salah satu cerminan bahwa Kema mengalami penurunan kuantitas lahirnya figur pemimpin baru di Kema," jelasnya

Di akhir kata, Wija menyampaikan hal yang bisa dilakukan agar pemilu dengan capres yang melawan kotak kosong tidak terjadi kembali adalah dengan merevisi pendidikan dasar di Kema dan menciptakan lingkungan pendidikan yang meningkatkan kepekaan sosial.

"Serta menciptakan pengaderan yang memberikan kesadaranakan pentingnya mengambil peran dalam lingkungan sosial dan kemahasiswaan," tutupnya. (OA)

Posting Komentar