Sumber: Dok. Pribadi Herman Malik


Ada yang berbeda pagi ini di halaman media sosial saya, beberapa postingan tentang Pemilu Raya KEMA F. Psi UNM mulai bermunculan. Beberapa foto maupun instastory menampilkan dua wajah calon pemegang jabatan tertinggi sebagai Presiden di Badan Eksekutif Mahasiswa Psikologi. Berbeda dari tahun kemarin, tahun ini kedua calon berasal dari angkatan berbeda. Hal ini kemudian menarik nenjadi sebuah perbincangan di kalangan mahasiswa maupun alumni, gengsi angkatan jelas akan terlihat beberapa hari kedepan sampai pada hari pemilihan. 

Namun pribadi saya hanya menakutkan beberapa hal, gengsi angkatan yg muncul kemudian menjadi faktor utama memenangkan pemilu bagi calon dan pendukungnya. Ironinya, keadaan lembaga kedepannya hanya diisi oleh kepentingan-kepentingan tertentu tanpa mengutaman kepentingan lembaga. Kemudian hal berikutnya yang menjadi kekhawatiran saya adalah tingginya angka golput pada pemilu kali ini, mengingat pemilu tahun lalu angka golput menyentuh angka 47% (349 mahasiswa dari 741 mahasiswa yang terdaftar sebagai pemilih). Setahun dari itu, perubahan belum banyak terjadi, daya tarik mahasiswa dalam kegiatan kelembagaan masih dikalahkan oleh tugas akademik. 

Empat dari lima mahasiwa yang saya tanya dalam sebuah forum lembaga menyatakan lebih memilih akademik dibanding lembaga. Hal yang seharusnya berjalan beriringan diantara keduanya, saling melengkapi satu sama lain. Namun, hal itu masih belum tercerahkan di kalangan mahasiswa, mereka menganggap bahwa kegiatan lembaga akan menunda tugas akademik sehingga berefek pada IPK. Hal ini kemudian menjadi tugas yang amat berat bagi kedua calon presiden mahasiswa, melihat kondisi sedemikian rupanya, tentunya langkah-langkah yang harus di ambil bagi Presiden Mahasiswa terpilih nantinya harus lebih efektif. Mencerahkan massa bukan perkara penting, tapi saya harap siapapun yang terpilih menjadi presiden nantinya mampu memberi pencerahan bagi mahasiswa terutama pada mahasiswa baru 2017. 

Terakhir, yang paling mengkhawatirkan terkait persoalan kader, bukankah lembaga yang baik adalah lembaga yang mampu menghasilkan kader yang baik? Nah, bicara soal kader kita bicara soal masa depan lembaga, apa jadinya lembaga kita kedepannya tergantung dari kader yang kita ciptakan hari ini. Saya hanya berharap nantinya kepada Presiden Mahasiswa terpilih agar tidak lagi mencetak kader yang hanya sekedar melulusi pengaderan dasar (pengguguran kewajiban semata) tetapi kader yang betul faham apa sebenarnya yang harus dia lakukan setelah melulusi pengaderan dasar.

Terakhir dari yang terakhir saya berharap kepada dua calon, siapapun yang menjadi pemenang nantinya mampu menjadi representatif mahasiswa psikologi, mampu merangkul semua kalangan baik yang mahasiswa yang aktif di kelembagaan maupun tidak. Tulisan ini saya buat sebagai doa dan harapan saya kedepannya buat Keluarga Mahasiswa F. Psi UNM. Semoga kita benar-benar bisa memilih mana yang baik menjadi pemegang tongkat trisula BEM F. Psi UNM periode 2017-2018.

Panjang umur perjuangan

Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!

Makassar, 18 Mei 2017
Herman Malik

Posting Komentar