Ilustrasi Peter Pan Syndrome.
Sumber: google.com

Siapa yang tidak mengetahui Peter Pan? Sepertinya tidak ada. Karena setidaknya sekali dalam seumur hidup kita akan menikmati kisahnya. Kisah Peter Pan tidak hanya dalam betuk novel karangan James Matthew Barrie, namun juga diadaptasikan dalam teater, kartun, bahkan serial film.

Sosok Peter Pan sangat terkenal di dunia anak-anak. Tetapi bagaimana bila Peter Pan bukanlah suatu kisah yang diperuntukan untuk anak-anak? Itulah yang dikatakan Hedrick dalam Jurnal yang ia terbitkan pada 2017.

Sosok Peter Pan dikenal sebagai remaja berusia 14 tahun dengan sifat periang, menyenangkan, jenaka, dan memiliki kemampuan untuk terbang ternyata menyimpan cerita tersendiri. Cerita ini tentu saja berasal dari penulisnya, Barrie. Dalam pengakuannya, Kisah Peter Pan sebenarnya terinspirasi dari kematian saudara laki-lakinya, David. David meninggal pada usia 14 Tahun, persis dengan usia Peter Pan. Dalam Jurnal "Peter Pan and the Horror of Becoming an Adult" yang diterbitkan Garcia, kematian David di usia remaja yang tanggung, membuat Barrie menyebut saudara yang sangat disayangi oleh ibunya itu sebagai "A boy who never grew up". 

Lalu, bagaimana bisa kisah Peter Pan menjadi suatu sindrom?

Peter Pan Syndrome pertama kali dikemukakan oleh Dan Killey, seorang psikolog asal Amerika. Pada dasarnya sindrom ini merupakan fenomena pubertas pada remaja laki-laki yang ditunjukan dalam kenakalan remaja. Menurut Killey, remaja laki-laki melakukan kenalakan ini sebagai bentuk pemberontakan agar dipandang lebih baik dalam kelompoknya. Killey juga memaparkan beberapa gejala dari sindrom ini, yaitu pemikiran kekanak-kanakan, hambatan dalam membentuk hubungan interpersonal, kecenderungan menunda keputusan, emosi yang beku, adanya penolakan pada figur ibu, ayah dan hubungan seksual.

Sayangnya, menurut Quadrio, sindrom ini dapat terjadi pada laki-laki muda yang tinggal mandiri terpisah dari orangtua, aktif dalam kegiatan akademik dan olahraga, memiliki pasangan, namun enggan berkomitmen dan mereka yang masih berstatus mahasiswa.

Seperti Barrie yang mengatakan saudaranya sebagai "a boy who never grew up", sindrom Peter Pan kurang lebih memiliki makna yang sama. Salah satu bagian terpenting dari tugas perkembangan dalam hidup adalah pengembangan diri agar mampu mencapai identity concept. Identitas diri menurut Erikson sangatlah penting terutama dalam hubungan interpersonal serta perilaku yang diamati secara eksternal. Dalam mencapai identity concept atau konsep identitas,  konsistensi dan kontinuitas memiliki peran yang penting agar identity concept dapat menjawab pertanyaan, “Who Am I?

Individu dengan sindrom ini memiliki krisis dalam tahap perkembangan. Kemandirian yang seharusnya mereka miliki menjadi suatu ketakutan tersendiri dikarenakan beban ketika menjalankan fungsi sebagai orang dewasa. Ketakutan inilah yang menjadi suatu kecemasan untuk mengeksplorasi dunia baru atau tetap dalam zona nyaman di dunia anak-anaknya.  Seserang yang menampilkan sindrom Peter Pan akan menunjukan dirinya sebagai pemberani yang mencintai kebebasan, tidak mengenal takut pada bahaya, namun akan panik saat menjalankan tugas sebagai pria dewasa.

Terjadinya stagnansi dalam tahap perkembangan masa remaja membuat individu dengan sindrom ini menghadapi kegagalan dalam pembentukan identitas, sehingga kesulitan untuk mengenali kemampuan diri dan mengekspresikan diri. Kecenderungan negatif juga terjadi pada pemahaman identitas diri yang membuat individu tidak memiliki pemahaman akan identitas diri. Hal ini kemudian menjadi penyebab individu memiliki ciri khas harga diri yang rendah dan memiliki permasalahan dalam hubungan yang intim. (BLU)

Referensi:

Hedrick, J. (2017). Wendy’s Story in J.M. Barrie;s Peter Pan. Student Journal 1 (1).

Garcia, C.M. (2013). Peter Pan and the Horror of Becoming an Adult. Journal of Artistic Creation and Literary Research 1 (1), 16-27.

Killey, D. (1983). The Peter Pan Syndrome: Men Who Never Grown Up. Newyork:Dodd.

Quadrio, C. (1982). The Peter Pan and Wendy Syndrome: A Marital Dynamic. Australian and New Zealand Journal of Psychiatry 16 (2),23-28.

Erikson, E. H. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: W.W. Norton & Company. 

Fried, R., and W. Vandereycken. 1989. The Peter Pan Syndrome: Was James M. Barrie anorexic?. International Journal of Eating Disorders 8 (3), 369–376.

Posting Komentar