Ilustrasi menolong.
Sumber: Pinterest

Selama hidup, kita pasti pernah menerima pertolongan, setidaknya sekali seumur hidup. Meskipun sepertinya kita telah menerima berkali-kali. Seseorang sering menolong orang lain untuk tujuan kebaikan. Tetapi tak jarang juga kita melihat dalam drama-drama pertolongan digunakan untuk menjatuhkan orang lain, semisal drama Korea.

Bagaimana bila terjadi di kehidupan nyata? Atau mungkin kamu pernah menolong seseorang dengan niat menjatuhkannya? Rasanya tidak, ya? Lalu alasan apa yang membuatmu menolong orang lain?

Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan yang terbit pada 1980 berpendapat bahwa seseorang menolong orang lain atau lingkungan sekitarnya agar merasa berarti dan membentuk konsep dirinya ke arah positif atau meningkatkan konsep dirinya. Namun, apabila ia merasa apa yang ia berikan tak berarti bagi lingkungannya, maka konsep diri ini cenderungan ke arah negatif atau mengalami penurunan.

Hurlock pun menambahkan bahwa perilaku tolong menolong ini sering terjadi pada remaja yang memiliki minat sosial. Namun konsep diri positif atau negatif di dalamnya juga dipengaruhi oleh beberapa gejolak, seperti pencarian identitas, perkembangan moral, perkembangan ego dan ketidakstabilan emosi. Erikson juga dalam buku Hurlock menjelaskan bahwa identitas diri yang dicari remaja berupa usaha mereka untuk menjelaskan diri mereka dan peranan mereka dalam masyakarat.

Perilaku tolong-menolong yang membentukan identitas diri sangatlah penting bagi kehidupan, karena ketika identitasnya tak terbentuk maka akan sulit bagi seseorang untuk menentukan peranannya dalam masyarakat atau tujuan hidupnya sendiri. Dengan mengetahui identitas diri sewaktu remaja, ia akan mampu membentuk suatu konsep diri yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku di lingkungan sekitar entah itu secara positif maupun negatif.

Dalam buku Burns pada 1993, Fitts menyatakan konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; identitas, kepuasan, tingkah laku, diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, dan diri keluarga.

Perilaku tolong-menolong dan konsep diri ini tentunya memiliki kaitan erat yang akan sangat terlihat dalam kelompok-kelompok remaja yang melakukan tindakan menolong. Rahman pada 2013 bahkan mengatakan bahwa perilaku ini dapat dilakukan ke semua makhluk hidup tanpa batasan ras, suku, dan agama. Banyaknya pertolongan diberikan kepada orang lain tanpa sadar telah memngembangkan konsep dirinya.

Tak hanya itu, konsep diri individu yang terbentuk merupakan manifestasi yang ditanamkan sejak dini pada kehidupan individu yang akan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya ke depannya. Hal ini senada dengan pandangan Gergen dalam buku Watson berjudul “Social psychology science and application”. Ia mengatakan bahwa konsep diri dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi.

Maka dari itu, perilaku menolong yang dilakukan seseorang tak hanya bertujuan untuk melakukan kebaikan tetapi juga untuk membentuk diri sendiri. Bila konsep diri dapat dikatakan sebagai niat terselubung dari kebaikan yang dilakukan, sepertinya kita tidak ada yang benar-benar melakukan kebaikan seutuhnya. Perilaku menolong yang kita tunjukkan bisa saja merupakan identitas diri kita atau bentuk pencarian identitas diri kita.

Terlepas dari menolong sebagai pencarian identitas atau telah menjadi identitas asli seorang individu, perilaku menolong merupakan perilaku yang baik. Mengutip dalam buku Tersirat, “Aku tidak akan menyangkutpautkan ini dengan Ketuhanan, aku ingin mengaitkan ini dengan kemanusiaan. Bila kamu manusia, harusnya tolong-menolong.” (BLU)

Sumber:

Bam, M., R. (2019). Tersirat: Dari yang Mencintai Untuk yang Dicintai. Malang: Azizah Publishing.

Burns, R. (1993). Konsep diri. Jakarta: Arcan.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rahman, A. A. (2013). Psikologi sosial : integrasi pengetahuan wahyu dan pengetahuan empirik. Depok: PT Rajagrafindo Persada

Watson, D. L. (1984). Social psychology science and application. New Jersey: Scott, Foresman and Company.       

Posting Komentar