Muh. Khaidir selaku Presma BEM Kema FPsi UNM Periode 2018-2019
Sumber: Dok. LPM Psikogenesis

Psikogenesis, Selasa (16/10)-Terpilihnya Muh. Khaidir selaku Presiden Mahasiswa (Presma) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (Kema) Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) periode 2018-2019 pada Senin (15/10) kemarin, mengundang tanggapan dan harapan oleh beberapa mantan Presma.

Mudabbir selaku Presma BEM Kema FPsi UNM periode 2015-2016 mengungkapkan bahwa presma terpilih harus melepaskan atribut angkatan yang melekat pada dirinya. "Seorang Presiden BEM, itu lagi-lagi pada saat terpilih harus mi dilepas semua atribut angkatan. Jangan sampai karena merasa demikian yang menjadi pengurus nanti angkatannya sendiri yang mendominasi," ungkap pria yang akrab disapa Dabbir tersebut. 

Tidak hanya itu, ia menegaskan bahwa Presma terpilih harus memahamkan seluruh mahasiswa FPsi UNM tentang fungsi-fungsi kelembagaan. "Yakni untuk memperjuangkan aspirasi mereka," tegasnya.

Senada dengan pernyataan mahasiswa angkatan 2013 tersebut, Asmar Tahirman yang juga menjabat sebagai Presma BEM Kema FPsi UNM periode 2016-2017 menekankan bahwa ketika menjadi presma, ia harus bisa melepaskan semua atribut, kecuali Kema. "Jadi harapan saya adalah dia tidak menunjukkan atribut lain selain Kema," ujarnya.

Hal yang berbeda disampaikan oleh Muhammad Wija Hadi Perdana selaku Presma BEM Kema FPsi UNM periode 2017-2018. Ia menjelaskan bahwa Presma terpilih harus siap secara internal dan eksternal setelah resmi menjadi Presma. "Saya menganggap beliau harus banyak belajar dan harus punya pegangan yang kokoh," jelasnya. 

Lebih jauh, mahasiswa yang akrab disapa Wija ini menyampaikan bahwa ia berharap agar nantinya, presma terpilih mampu menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya. "Saya berharap dia mampu menkoordinir setiap masyarakat Kema yang mempercayakan suaranya kepada dia," tandasnya. (AK)

Posting Komentar