Proses distribusi bantuan oleh para tim relawan
Dok. Tim Relawan Kema FPsi UNM

Psikogenesis, Kamis (4/10)-Bantuan korban bencana gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah baik dari pemerintah, komunitas maupun relawan dinilai belum terdistribusi maksimal ke posko-posko yang membutuhkan sejak Jumat sore, (29/09).

Salah satu penyintas di posko pengungsian keluarga, Kelurahan Lolu Selatan, Irpan B Tanga menyebutkan bahwa proses pendistribusian bantuan belum berjalan maksimal karena tidak memperhatikan kebutuhan pengungsi. "Mereka tidak tahu, apa hambatan yang ada di lapangan, seperti BBM (Bahan Bakar Minyak) tidak ada, ada daerah yang sulit terjangkau, dan juga prosedur yang harus diikuti pada pembagian bantuan," ungkapnya. 

Alumni mahasiswa angkatan 2004 Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Negeri Makassar (UNM) ini, turut menyebutkan bahwa prosedur dalam pengambilan bantuan menjadi persoalan. Di hari pertama, pengungsi yang ingin mengambil bantuan boleh langsung ke posko induk. Hari selanjutnya, pengungsi hanya boleh mengambil bantuan di posko kelurahan sedangkan BBM yang tersedia untuk menjangkaunya sering tidak cukup. "Manual juga terbatas, sedang kita juga harus menjaga kondisi supaya tidak sakit dan lain-lain. Kecewanya lagi, masyarakat yang sudah berhasil sampai di posko induk dengan menggunakan BBM yang diirit, begitu sampai disana mereka tidak dapat karena prosedur yang telah dibuat". tambah mahasiswa yang disapa Irpan ini.

Irpan juga menilai bantuan belum tepat sasaran. Bantuan dari luar yang dibawa oleh relawan maupun komunitas saat tiba di satu posko, diturunkan semua. "Sedang belum tentu semua bantuan tersebut dibutuhkan untuk posko itu," imbuhnya.

Adapun masing-masing wilayah yang memiliki kebutuhan berbeda, yaitu tenda dan air minum untuk pengungsi yang berada kawasan pegunungan. Pakaian untuk kawasan Petobo, Perumnas dan Balaroa. Serta obat-obatan di kawasan yang rumahnya masih berdiri dengan baik. 

Menurut Irpan, bantuan saat ini tidak akan memenuhi kebutuhan penyintas. Agar lebih efektif, ia menghimbau kepada pembawa bantuan untuk mendatangi posko yang mudah dijangkau lebih dulu. Kemudian medistribusikan bantuan berdasarkan kebutuhan tiap posko. "Sampaikan itu, langsung tepat sasaran, karena disini mending sedikit tapi tersampaikan, banding banyak tapi tidak jelas kemana," himbaunya.

Lebih jauh, Irpan menambahkan bahwa penyintas lebih mengapresiasi bantuan yang datang dari luar, baik itu dari komunitas, yayasan maupun relawan. "Karena langsung mereka dapatkan," tandasnya. (*)

*Berita ini ditulis oleh anggota LPM Psikogenesis

Posting Komentar